Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Rumah Tapak Semester II/2022 Turun, Ini Biang Keroknya!

Penjualan rumah tapak tercatat mengalami penurunan dari 90 persen pada semester I/2022 menjadi 86 persen pada semester II/2022.
Deretan rumah tapak di kawasan Padasuka Atas, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/10/2018)./JIBI-Rachman
Deretan rumah tapak di kawasan Padasuka Atas, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/10/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan properti landed house atau rumah tapak tercatat mengalami penurunan dari 90 persen pada semester I/2022 menjadi 86 persen pada semester II/2022. 

Head of Research JLL Indonesia, Yunus Karim, mengatakan tingkat penjualan tersebut masih terbilang stabil di berbagai jenis produk dan lokasi. Hal ini didorong oleh permintaan dari segmen end user yang cukup tinggi. 

"Tahun 2022 di semester kedua, kami melihat tingkat permintaan yang cukup sehat dari para pembeli perumahan yang rata-rata end user atau pengguna langsung dari rumah tapak," kata Yunus dalam agenda Jakarta Property Market Overview 4Q 2022, Rabu (1/2/2023). 

Berdasarkan data JLL terkait supply dan demand rumah tapak di Jabodetabek sepanjang 2022, secara kumulatif permintaan mencapai 70 persen dengan pasokan keseluruhan di atas 30.000 unit.

Sementara itu, total produk yang baru launching pada periode yang sama sebesar 10.900 per meter persegi. Adapun, rumah yang belum selesai dan masih dipasarkan yakni sebanyak 39.500 unit.

Yunus mengatakan, penurunan tingkat penjualan bersamaan dengan berakhirnya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pada akhir September 2022.

"Meskipun memang perpajakan di September 2022 telah selesai dan tidak diperpanjang hingga saat ini, kami melihat developer masih tetap aktif dalam mewujudkan produk-produk baru yang bervariasi," ujarnya.

Ada sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan untuk dilakukan developer agar kinerja penjualan tetap moncer pada tahun 2023. Pertama, keterjangkauan harga, pada semester 2/2022 dia mencatat 70 persen penjualan rumah tapak didominasi oleh produk dengan harga Rp1,3 miliar.

"Jadi, memang keterjangkauan merupakan salah satu faktor untuk bertahan. Kemudian, kedua yaitu aksesbilitas yang baik untuk menuju toll road atau public transportation, dan dikung fasilitas komersial," jelasnya.

Di luar itu, faktor penerapan konsep desain yang menarik, sustainability dan spesifikasi yang menarik menjadi penunjang untuk mendorong penjualan rumah tapak.

Head of Advisory JLL Indonesia, Vivin Harsanto, menambahkan, kondisi pasar rumah tapak akan semakin kompetitif dengan diluncurkannya beberapa kawasan kota mandiri baru, seperti di area Tangerang dan Bekasi.

"Pengembang terpantau masih tetap aktif menawarkan berbagai tipe di berbagai segmen secara offline dan online disertai dengan kemudahan pembayaran uang muka dengan cara bayar yang menarik," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper