Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Full Senyum, Larangan Ekspor Bauksit Belum Ada yang Gugat

Presiden Jokowi menuturkan belum ada negara yang mengajukan gugatan atas larangan ekspor bauksit ke WTO.
Penambangan bauksit./Bisnis.com
Penambangan bauksit./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Sembari senyum tipis Presiden Joko Widodo atau Jokowi menuturkan belum ada negara yang mengajukan gugatan atas keputusan moratorium ekspor bijih bauksit Indonesia pada Juni 2023 ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Tuturan itu dilempar Jokowi saat membuka Mandiri Investment Forum 2023 (MIF) yang digelar di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (1/2/2023).

“Bauksit setelah kita setop ini setelah saya tengak-tengok oh belum ada yang gugat,” tutur Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan peserta forum pagi tadi.

Menurut Jokowi, moratorium ekspor bijih bauksit itu mesti dilakukan untuk memastikan nilai tambah produk hilir terjadi di dalam negeri. Dia beralasan sebagian besar bahan mentah bauksit justru dikirim ke pasar ekspor terutama China.

Konsekuensinya, ekspor produk turunan seperti aluminium hingga panel surya justru berada di posisi buntut masing-masing 33 dan 31 dunia. Sementara Indonesia berada di urutan ke-3 untuk ekspor bijih bauksit.

“China ekspor orenya nomor 18 tapi ekspor panel suryanya nomor 1 di dunia, terus barangnya ini dari mana? Bahan mentahnya ini 80 persen lebih dari kita,” kata dia.

Dengan demikian, dia meminta seluruh pemangku kepentingan terkait untuk tetap mendukung program hilirisasi mineral tersebut. Khususnya, dia meminta, perbankan untuk tidak ragu menyalurkan kredit pada pembangunan smelter di dalam negeri.

“Kalau ada orang yang mengajukan kredit untuk mengajukan smelter diberi, apalagi orang kita sendiri, jangan dipersulit sudah jelas untungnya,” kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan kapasitas serap bijih bauksit dari empat smelter hingga awal tahun ini berada di angka 13,88 juta ton. Sementara, kapasitas produksi alumina diproyeksikan bisa menyentuh di kisaran 4,3 juta ton.

Kapasitas pengolahan bijih bauksit itu terbilang sempit jika dibandingkan dengan torehan produksi bijih di sisi hulu industri setiap tahunnya. Apalagi, pemerintah menegaskan bakal mulai menghentikan izin ekspor mineral pada Juni 2022.

“Targetnya harus bisa diselesaikan tahun ini bulan Juli, setelah itu tidak diperkenankan ekspor lagi, ekspor dalam kondisi belum terproses,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (30/1/2023).

Berdasarkan rekapitulasi Kementerian ESDM pada 2020, produksi bijih bauksit di Indonesia sempat mencapai 26,3 juta ton. Hasil produksi itu diekspor sebanyak 22,8 juta ton sementara sisanya dialokasikan untuk pasokan industri pengolahan alumina domestik sebesar 1,74 juta ton.

Adapun, produksi alumina di Indonesia pada saat itu berada di angka 1,17 juta ton. Alumina keluaran smelter grade alumina (SGA) diekspor sebesar 0,99 juta ton dan chemical grade alumina (CGA) diekspor sebesar 52.000 ton.

SGA yang dialokasikan untuk kebutuhan dalam negeri sebanyak 150.000 ton untuk pemurnian aluminium dan CGA dialihkan untuk industri seperti kertas, detergen, kabel sebesar 25.000 ton.

Sementara, produksi aluminium di Indonesia setiap tahunnya mencapai 250.000 ton yang memerlukan impor alumina SGA sebesar 350.000 ton.

Di sisi lain, kebutuhan aluminium domestik mencapai 1 juta ton. Dengan demikian, setiap tahunnya dilakukan impor aluminium sebesar 748.000 ton untuk menutupi defisit bahan baku tersebut.

“Kita masih impor aluminium, untuk itu memang penyelesaian pembangunan smelting untuk proses aluminium itu bisa diselesaikan sehingga bisa menyerap kapasitas input 100 persen,” kata Arifin.

Berdasarkan hasil pemantauan Kementerian ESDM pada akhir Desember 2022 lalu, terdapat 7 smelter yang masih dalam tahap konstruksi dengan perkembangan proyek di kisaran 30 hingga 99 persen.

Sementara satu smelter milik anak usaha patungan PT Inalum (Persero) dan  PT Aneka Tambang Tbk, PT Borneo Alumina Indonesia baru mencapai 23,67 persen.

Hitung-hitungan Kementerian ESDM memproyeksikan total kapasitas input dari delapan smelter itu dapat mencapai 27,41 juta ton dengan kapasitas produksi alumina sebesar 9,98 juta ton.

Dengan demikian, total kapasitas input bijih bauksit dengan 12 smelter mendatang dapat menyerap 41,29 bahan mentah dan produksi alumina di angka 14,28 juta ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper