Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengingatkan bahwa kondisi ekonomi global pada 2023 masih bergejolak dan perlu terus diwaspadai. Selain dihadapkan pada perlambatan ekonomi, tekanan dan laju inflasi global diperkirakan tetap tinggi pada tahun ini.
Dia mengatakan perekonomian Indonesia berhasil diselamatkan dari dampak pandemi Covid-19 dengan pertumbuhan yang diperkirakan mencapai 5,2 persen, terutama didukung oleh kinerja ekspor dan menguatnya konsumsi rumah tangga.
Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2023 berpotensi melambat dan tumbuh di bawah 5 persen, sejalan dengan prospek perlambatan ekonomi global.
"Tahun 2023 kita harus waspada, global masih belum bersahabat, masih bergejolak, tapi dengan keyakinan kita mari optimis. BI memperkirakan di 2023 ini pertumbuhan ekonomi mencapai 4,5-5,3 persen, kemungkinan sekitar 4,9 persen,” katanya dalam acara Peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).
Menurutnya, ekonomi Indonesia berpotensi menembus 5 persen jika diikuti dengan konsumsi masyarakat yang lebih kuat.
BI juga memastikan tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I/2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen pada semester II/2023.
Penurunan yang lebih cepat tersebut melanjutkan tren pada akhir 2022, yang mana BI memperkirakan tingkat inflasi Desember 2022 akan mencapai 6,5 persen, namun realisasinya tercatat sebesar 5,51 persen.
Perry menambahkan nilai tukar rupiah pun masih berpotensi menguat sesuai dengan fundamentalnya, seiring dengan gejolak yang mereda di pasar keuangan.
Tercatat, US$2,4 miliar atau setara dengan Rp39 triliun modal asing telah masuk ke pasar keuangan Indonesia pada Januari 2023. Selain itu, kondisi eksternal yang kuat juga akan mendukung penguatan rupiah.