Bisnis.com, JAKARTA - Global Food Security Index (GFSI) 2022 melaporkan ketahanan pangan Indonesia berada di posisi 63 dari 113 negara. Posisi tersebut melampaui Thailand dan Filipina yang masing-masing berada di peringkat 64 dan 67, tapi tidak sebaik Vietnam dan Malaysia yang berada di peringkat 46 dan 41.
GFSI yang dikembangkan oleh Economist Impact mempertimbangkan empat faktor berikut yakni keterjangkauan pangan (affordability), ketersediaan pasokan (availability), kualitas nutrisi dan keamanan makanan (quality and safety), serta keberlanjutan dan adaptasi (sustainability and adaptation). Laporan ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Economist Impact antara April dan Juli 2022.
Dalam laporannya, Indonesia menempati urutan 63 dengan skor rata-rata 60,2. Namun jika dibandingkan dengan sejumlah negara di kawasan Asia-Pasifik, Indonesia berada di urutan 10 dari 23 negara.
Adapun, kinerja Indonesia di GFSI hanya meningkat sedikit dalam satu dekade terakhir. Skor kualitas dan keamanan menurun sejak 2012, sedangkan untuk tiga pilar lainnya tercatat meningkat.
Kinerja terbaik Indonesia berada di pilar keterjangkauan pangan naik 12,4 poin dengan skor 81,4 dan menaikkan klasifikasi dari ‘sedang’ menjadi ‘sangat baik’ sejak 2012. Sementara, kinerja terlemah berada di pilar keberlanjutan dan adaptasi dengan skor 46,3.
Adapun, dua pilar lainnya yakni ketersediaan pasokan dan kualitas nutrisi dan keamanan makanan masing-masing tercatat dengan skor 50,9 dan 56,2.
“Indonesia unggul dalam memastikan pangan yang terjangkau di sisi konsumen melalui program jaring pengaman pangan yang kuat,” tulis laporan tersebut dikutip Kamis (26/1/2023).
Kendati demikian, laporan tersebut menyoroti kesenjangan mendasar, yakni dalam kemampuan Indonesia untuk menciptakan lingkungan pangan yang berwawasan ke depan.
Menurut laporan itu, Indonesia perlu fokus terhadap pengembangan penelitian produktif untuk pembangunan pertanian dan meningkatkan komitmen politik guna lebih mempersiapkan diri dan menyesuaikan diri dengan risiko yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Jika dilihat berdasarkan kawasan Asean, Singapura menempati posisi pertama dengan skor rata-rata 73,1, diikuti Malaysia dengan skor 69,9, Vietnam 67,9 dan Indonesia dengan skor 60,2. Di bawah Indonesia, ada Thailand dengan skor 60,1, Filipina 59,3, Myanmar 57,6, Kamboja 55,7, dan Laos 53,1.