Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Rumah di Jakarta Makin Sulit Dijangkau, Saatnya Beli Apartemen?

Penyerapan apartemen masih terkoreksi sejak pandemi, padahal harga rumah di Jakarta kembali tumbuh 2,6 persen secara tahunan.
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA- Penyerapan pasar apartemen di Jakarta masih minim dibandingkan dengan landed house atau rumah tapak. Padahal, harga rumah tapak di Jakarta semakin sulit dijangkau, sedangkan apartemen menawarkan harga yang lebih ekonomis.

Chief Executive Officer (CEO) of 99 Group Indonesia Wasudewan mengatakan pencari properti melalui platform usaha 99 Group yakni Rumah123.com sebanyak 80 persen lebih memilih rumah tapak. Segmen pencari didominasi oleh generasi milenial hingga Gen Z.

Adapun, berdasarkan data 99 Group, sepanjang tahun 2022 tercatat pertumbuhan harga meningkat sebesar 2,4 persen year-on-year (yoy). Di Jakarta sendiri, harga meningkat sebesar 2,6 persen secara tahunan.

"Segmen [hunian] harga Rp400 juta apakah masih ada di Jakarta? Ada. Tetapi, bentuknya apartemen dengan ukuran kecil, studio mungkin 20 meter persegi," kata Wasudewan, dikutip Jumat (20/1/2023).

Artinya, untuk mendapatkan harga rumah Rp400 juta di Jakarta nyaris mustahil. Namun, Wasudewan menuturkan, harga rumah tersebut bisa didapat di luar Jakarta seperti Bogor, Depok, dengan ukuran yang kecil atau kategori rumah subsidi.

"Jadi, balik lagi ke konsumen lebih memilih Rp400 juta bisa tinggal di Jakarta, bisa. Atau Rp400 juta tapi mau punya landed house 50 meter persegi berarti harus pergi ke luar Jakarta. Mungkin 1 jam dari Jakarta," ujarnya.

Di samping itu, dia melihat permintaan apartemen masih minim di Indonesia. Sementara itu, di negara maju seperti Amerika Serikat (AS), apartemen justru menjadi pilihan utama dibandingkan dengan rumah tapak.

Hal ini lantaran harga tanah di sana yang tergolong tinggi dan kesanggupan konsumen untuk membeli rumah tapak rendah. Di sisi lain, apartemen memiliki keuntungan lain mulai dari bangunan yang lebih efisien, maintenance dan pembersihan diurus pengelola sehingga gaya hidup lebih mudah.

"Jadi gaya hidup [apartemen] itu yang mungkin cocok dengan generasi muda. Mungkin tren ini akan berubah, karena milenial mungkin lebih suka simpel, harga lebih murah di tengah kota," jelasnya.

Senada, Direktur PT Jababeka Tbk. Suteja Sidarta Darmono tak memungkiri adanya tren pergeseran hunian setelah pandemi Covid-19 merebak. Saat ini, konsumen lebih memilih lokasi rumah di wilayah barat dan selatan Jakarta ketimbang di Ibu Kota. Pasalnya, daerah tersebut dianggap lebih asri dan nyaman untuk ditinggali.

"Pandemi juga merubah tren properti, banyak apartemen yang terkoreksi dan itu agak gak tepat. Apartemen ditinggalkan oleh pasar, itu gak tepat, masa kita mau balik ke landed housing, landed housing itu bukan masa depan," terangnya.

Menurutnya, apartemen akan menjadi masa depan untuk sektor properti. Sebab, dari sisi penggunaan lahan yang efisien dan harga yang lebih terjangkau oleh masyarakat. Namun, saat ini skema pembiayaan yang menguntungkan masyarakat lebih diarahkan pada rumah tapak.

Berdasarkan data Indonesia Property Market Report Q3-2022, permintaan terhadap apartemen tercatat tumbuh sebesar 12,4 persen secara kuartalan. Namun, dari sisi pasokan pertumbuhannya cukup melambat yakni sebesar 3 persen, sementara indeks harga justru terkontraksi 0,5 persen dari kuartal sebelumnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper