Bisnis.com, JAKARTA — Ratusan pesawat jet pribadi, yang menyumbang emisi karbon besar, meningkat selama masa pertemuan World Economic Forum atau WEF 2023 di Davos, Swiss. Padahal, masalah krisis iklim menjadi salah satu pembahasan utama dalam pertemuan elit tersebut.
Pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) 2023 berlangsung di Davos pada 16—20 Januari 2023. Forum ekonomi itu mempertemukan 2.700 pemimpin dari 130 negara, yang berasal dari pemerintahan, bisnis, hingga perwakilan masyarakat sipil.
Organisasi internasional Greenpeace menemukan bahwa sejauh ini, terdapat ratusan jet pribadi yang lalu lalang di sekitaran Davos, Swiss yang menjadi lokasi pertemuan WEF 2023.
Terjadi peningkatan lalu lintas jet pribadi dibandingkan dengan pekan-pekan biasa sebelum gelaran WEF 2023—ketika para pemimpin dan eksekutif berkumpul.
Juru kampanye transportasi untuk Kampanye Mobilitas Eropa Greenpeace Klara Maria Schenk menyatakan bahwa orang-orang yang berada di WEF membahas masalah iklim.
Namun, sebagian di antara mereka justru menggunakan jet pribadi, yang menghasilkan emisi karbon tinggi dan berdampak pada iklim.
Berdasarkan riset Transport & Environment's, emisi karbon per penumpang yang dihasilkan jet privat lebih tinggi 5 hingga 14 kali lipat dibandingkan dengan pesawat komersial. Angkanya lebih besar lagi jika dibandingkan dengan emisi per orang dari kereta, yakni mencapai 50 kali lipat.
"Davos memiliki stasiun kereta api yang sangat memadai, tetap saja orang-orang ini tidak mau repot naik kereta api untuk perjalanan sesingkat 21 kilometer. Apakah kita benar-benar percaya bahwa inilah orang-orang yang akan memecahkan masalah yang dihadapi dunia?" ujar Schenk dalam pernyataan resmi, dikutip pada Rabu (19/1/2023).
Greenpeace dan CE Delft pun menemukan bahwa sepanjang pertemuan WEF 2022 terdapat 1.040 jet privat yang lalu lalang di sekitaran Davos.
Sekitar 53 persen di antaranya merupakan penerbangan di bawah 750 kilometer dan 38 persen merupakan penerbangan sangat pendek atau di bawah 500 kilometer—dengan jarak penerbangan terpendek hanya 21 kilometer.
Seluruh penerbangan jet privat itu tercatat menghasilkan 9.700 ton CO2 atau setara dengan emisi dari 350.000 rata-rata mobil dalam satu pekan. Para peneliti menilai bahwa sebagian besar pengguna jet itu merupakan peserta pertemuan WEF 2022.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan temuan WEF dalam laporan terbarunya, Global Risk Report 2023, yakni bahwa perubahan iklim termasuk sebagai salah satu risiko terbesar bagi dunia. Dalam jangka pendek atau dua tahun, bencana alam dan cuaca ekstrem ada di urutan kedua risiko terbesar dunia.
Kegagalan memitigasi krisis iklim tercatat di urutan keempat risiko jangka pendek. Namun, dalam jangka atau 10 tahun ke depan, kondisi tersebut tercatat sebagai risiko paling besar secara global, dengan risiko di posisi kedua adalah kegagalan dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Baca Juga
Mirip G20
Kondisi serupa juga pernah terjadi di Indonesia, ketika rangkaian pertemuan G20 berlangsung di Bali. Ketika penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil justru dibatasi di sekitaran venue G20, ratusan jet pribadi justru lalu lalang di langit Pulau Dewata.
Berdasarkan data dari Flight Aware, terdapat 110 jet pribadi yang berlalu lalang dan mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar dalam kurun 9—15 November 2022. Sebagian pesawat berasal dari bandara-bandara di dalam negeri dan lainnya berasal dari berbagai negara di Asia, Afrika, Australia, dan Pasifik.
Pesawat terjauh terbang dari Sharm El-Sheikh International Airport, Mesir pada 9 November 2022, yakni jaraknya berkisar 15.400 kilometer. Pesawat jet pribadi itu tercatat memiliki kode NJE687E.