Bisnis.com, JAKARTA - Wilayah Depok dan Bogor diproyeksi menjadi area potensial untuk pengembangan sektor properti di 2023. Hal ini lantaran ketersediaan lahan yang melimpah dan infrastruktur jalan maupun antarmoda yang cukup mumpuni.
CEO 99 Group Indonesia, Wasudewan, mengatakan harga properti di kedua daerah tersebut mengalami pertumbuhan paling signifikan dibandingkan dengan wilayah lainnya. Adapun, Bogor mengalami pertumbuhan harga 6,6 persen year-on-year (yoy) dan Depok 4,7 persen secara yoy.
"Di Jabodetabek, pertumbuhan harga yang cukup dominan ada di Depok dan Bogor, karena mungkin ketersediaan lahan yang masih banyak di Bogor dan Depok," kata Wasudewan dalam acara 99 Group Property Outlook 2023, Kamis (19/1/2023).
Sementara itu, secara keseluruhan pertumbuhan harga properti di Indonesia sebesar 2,4 persen. Kondisi ini menunjukkan tren yang cukup positif sepanjang 2022 yang diiringi dengan peningkatan indeks supplai sebesar 30,1 persen yoy.
Di sisi lain, berdasarkan data Rumah123.com, Depok dan Bogor belum masuk dalam 5 kota dengan popularitas pencarian tertinggi.
Adapun, 5 kota dengan pencarian tertinggi adalah Tangerang dengan proporsi pencarian sebesar 13,7 persen, Jakarta Barat 10,3 persen, Jakarta Selatan 9,9 persen, Bandung 9,3 persen, dan Jakarta Utara 5,4 persen.
"Paling besar peningkatannya di pencari properti usia 18-24 tahun, naik 2,6 persen. Gak jauh tp naik, artinya mulai banyak generasi-generasi muda yang mencari properti," ujarnya.
Dari segi konsumen, rumah tapak masih menjadi pilihan utama. Menurutnya, harga properti hunian yang banyak diminati saat ini yaitu dikisaran Rp2 miliar-Rp3 miliar dengan pertumbuhan pencarian sebesar 0,9 persen.
"Tahun 2022 yang kedua tertinggi adalah di Rp1-2 miliar [0,7 persen], sedikit bergeser, Rp400-650 juta [-2,1 persen] malah mengalami penurunan, pertumbuhan paling tinggi ada di Rp2-3 miliar," jelasnya.
Lebih lanjut, preferensi metode pembayaran yang dipilih konsumen masih Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) dengan proporsi pencarian sebesar Rp85,7 persen, cicilan 9,9 persen, dan hard cash sebesar 4,4 persen.
Wasudewan meyakini sentimen positif seperti penguatan makroekonomi sepanjang tahun 2022 hingga pengembangan infastruktur yang agresif akan berlanjut di tahun 2023 meski ada faktor eksternal seperti inflasi dan suku bunga yang mesti diantisipasi.