Bisnis.com, JAKARTA – Per 8 Januari 2023, China telah resmi membuka perbatasannya dengan mencabut Zero Covid Policy, sehingga mobilitas masyarakat berangsur pulih menuju normal.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menyampaikan kebijakan dari Negeri Tirai Bambu tersebut meski terkesan mengkhawatirkan, justru menjadi kabar baik dari sisi ekonomi, terutama di masa ancaman resesi.
“Kebijakan China itu dampaknya justru lebih besar bagi Indonesia dibandingkan kekhawatiran yang terjadi di Amerika dan Uni Eropa,” ujarnya, Rabu (18/1/2023).
Faisal menyebutkan, dengan dibukanya kembali mobilitas dan dicabutnya zero covid policy, memiliki dampak yang besar ke seluruh negara, dengan meningkatnya permintaan barang dan jasa dari China. Mengingat, China menjadi penyerap komoditas cukup besar dari seluruh negara.
Artinya, permintaan terhadap produk impor dari berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk China akan meningkat. Ekspor barang menuju China pun diproyeksi akan meningkat.
Pembukaan perbatasan dipastikan akan meningkatkan permintaan dari masyarakat China terhadap global, yang diharapkan akan menjadi tameng menahan resesi global.
Baca Juga
“Ini prospek bagi global untuk menahan laju pelambatan ekonomi, bagi Indonesia akan mendorong kembali ekspor kita ke China. Harapannya, efeknya positif bagi Indonesia karena kedekatan ekonominya,” tambahnya.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (18/1/2023), China mencatatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) terlemah kedua sejak 1970 di level 3 persen pada kuartal IV/2022, namum masih lebih tinggi dibandingkan proyeksi ekonom.
Wakil Perdana Menteri China Liu He optimistis ekonomi China akan mulai pada tren pertumbuhan dai 2023 seiring kebijakan tersebut.
Adapun, mengutip dari laporan Global Economic Prospects (GEP) yang terbit pada Januari 2023, PDB China diprediksi akan naik menuju 4,3 persen pada 2023.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan dari data Data Moneter Internasional (IMF), sebanyak 70 negara akan menghadapi resesi pada 2023.
Jokowi menyampaikan, ekonomi Indonesia dalam kondisi yang sangat baik terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang masih positif di atas 5 persen. Dirinya mengingatkan untuk tetap hati-hati, karena dari prediksi IMF menyebutkan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami resesi.
“Sepertiga itu artinya kurang lebih 70 negara. Guncangan ekonomi karena pandemi [Covid-19] dan perang sudah menyebabkan 47 negara masuk menjadi pasiennya IMF,” ujarnya dalam pidato Rakornas Kepala Daerah dan FKPD se-Indonesia, Selasa (17/1/2023).