Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

World Economic Forum: Krisis Energi dan Pangan Jadi Risiko Terbesar 2 Tahun ke Depan

Dua risiko tersebut dipaparkan dalam laporan The Global Risk Report 2023 yang dipublikasikan World Economic Forum pada Januari 2023.
World Economic Forum 2023 di Davos, Swiss. Dok. weforum.org
World Economic Forum 2023 di Davos, Swiss. Dok. weforum.org

Bisnis.com, JAKARTA — World Economic Forum atau WEF menilai bahwa krisis energi dan pasokan pangan menjadi risiko paling besar yang dapat terjadi dalam dua tahun mendatang. Di Indonesia, risiko terbesar dalam jangka pendek justru terkait krisis utang.

Hal tersebut tercantum dalam laporan The Global Risk Report 2023 yang dipublikasikan World Economic Forum pada Januari 2023. WEF bersama Marsh McLennan dan Zurich Insurance Group menyarikan pandangan lebih dari 1.200 ahli risiko global, pembuat kebijakan, dan pemimpin industri.

Berdasarkan laporan itu, WEF berpandangan bahwa pandemi Covid-19 dan serangan Rusia ke Ukraina menimbulkan krisis energi, inflasi, pangan, dan keamanan. Hal itu menciptakan risiko lanjutan yang dapat mendominasi hingga dua tahun ke depan.

Risiko-risiko yang dinilai dapat terjadi secara global dalam dua tahun adalah resesi, meningkatnya kesulitan utang, berlanjutnya krisis biaya hidup, masyarakat terpolarisasi yang dimungkinkan oleh disinformasi dan misinformasi, jeda pada aksi iklim yang cepat, serta perang geoekonomi zero-sum.

"Lanskap risiko jangka pendek didominasi oleh energi, pangan, utang dan bencana. Kelompok yang masuk dalam kategori rentan semakin menderita—dan karena krisis yang bertubi-tubi, kelompok yang tergolong rentan secara cepat meluas di negara kaya maupun miskin," ujar Managing Director World Economic Forum Saadia Zahidi pada Rabu (18/1/2023).

WEF menilai bahwa dalam beberapa tahun mendatang, sejumlah pemerintahan akan menghadapi tantangan sulit dalam menentukan prioritas yang harus ditempuh antara faktor masyarakat, lingkungan, dan keamanan di negaranya. Risiko geoekonomi jangka pendek telah menguji komitmen net-zero dan menunjukkan kesenjangan antara kebijakan apa yang diperlukan secara ilmiah dan yang cocok secara politis.

Jika dunia tidak mulai bekerja sama secara lebih efektif dalam mitigasi iklim dan adaptasi iklim, maka akan terjadi pemanasan global dan gangguan ekologis secara berkelanjutan dalam 10 tahun ke depan. Kegagalan untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, bencana alam, hilangnya keanekaragaman hayati dan kerusakan lingkungan hidup, termasuk ke dalam lima risiko teratas secara global.

"Iklim dan perkembangan sumber daya manusia wajib menjadi perhatian utama para pemimpin dunia, bahkan saat mereka tengah memerangi krisis yang sedang terjadi. Kerja sama merupakan satu-satunya cara untuk melangkah maju,” ujar Zahidi.

Adapun, berdasarkan laporan itu, Indonesia menghadapi lima risiko tertinggi terhadap ekonomi yang mencakup berbagai aspek. Krisis utang menjadi risiko paling tinggi bagi Indonesia, yang dapat muncul dari besaran utang dan karakteristiknya, termasuk bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengelola utang.

Secara global, krisis utang menempati urutan ke-11 dalam risiko jangka pendek dan urutan ke-14 dalam risiko jangka panjang. Namun, keduanya merupakan risiko tertinggi dalam kategori ekonomi.

Dalam pemetaan WEF, risiko krisis utang berkaitan dengan kegagalan upaya stabilisasi trajektori harga dan meletusnya gelembung (bubble burst) suatu aset. Krisis utang pun berkaitan dengan risiko keterpurukan ekonomi yang berkepanjangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper