Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AMRO: Pertumbuhan Ekonomi Asean+3 Bakal Tumbuh 4,3 Persen Tahun Ini

Pertumbuhan ekonomi kawasan Asean+3 diprediksi tumbuh 4,3 persen karena perekonomian China meninggalkan strategi Covid Zero.
Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Asean+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi kawasan Asean+3, yang terdiri dari 10 negara Asia Tenggara, China, jepang, dan Korea Selatan.

Kondisi ekonomi global yang kian memburuk cenderung membebani prospek Asean+3. Namun, pembukaan kembali China pada Desember 2022 memberikan keseimbangan dalam perekonomian kawasan ini.

AMRO mengungkapkan pertumbuhan ASEAN+3 pada 2022 mencapai 3,3 persen, turun dari perkiraan pertumbuhan 3,7 persen pada bulan Oktober. Salah satu penyebab penurunan ini karena China mengalami pelemahan ekonomi yang cenderung dalam.

Namun, pertumbuhan kawasan Asean+3 tahun ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 4,3 persen, karena perekonomian China sudah meninggalkan strategi Covid Zero yang ketat untuk kembali bangkit.

Inflasi di kawasan ini pun diperkirakan turun menjadi 4,5 persen pada tahun 2023 dari proyeksi lonjakan 6,3 persen tahun lalu.

"Ekonomi China yang lebih kuat akan memberikan dukungan untuk aktivitas regional sementara pembukaan kembali perbatasan akan meningkatkan pariwisata intra regional." kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor, Selasa (17/1/2023),

 Selain itu, hambatan pada aktivitas ekonomi dari pengetatan kebijakan moneter yang agresif di Amerika Serikat (AS) dan kawasan euro akan lebih banyak tahun ini, yang menyebabkan penurunan ekspor dari Asean+3. 

"Dengan risiko resesi yang masih menghantui AS dan Eropa, pembukaan kembali ekonomi China tidak bisa datang pada waktu yang lebih baik untuk kawasan ini," lanjutnya.

Laju Inflasi mulai melanda di kawasan ini, menyusul pengetatan kebijakan yang berkelanjutan oleh bank sentral dan turunnya hambatan rantai pasokan global. Harga minyak telah kembali ke level sebelum pandemi yang mencerminkan permintaan global yang lebih lemah.

Tak hanya itu, harga komoditas pertanian utama telah turun dari puncaknya pada tahun 2022, meskipun masih cukup tinggi akibat dampak perang berkepanjangan Rusia-Ukraina.

Meski demikian, sektor pariwisata terutama kembalinya wisatawan China akan memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper