Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendesak Perum Bulog untuk menggelontorkan berasnya dengan cepat agar harga beras di pasaran tidak terus meroket.
Apabila penyalurannya lambat, Bapanas menyebut hal itu hanya akan menguntungkan pengusaha.
Dilansir dari Panel Harga Badan Pangan Nasional, Jumat (13/1/2023) dalam sepekan terakhir beras masih mengalami kenaikan. Misalnya, beras premium naik 0,30 persen jadi Rp13.170 per kg dan medium naik 0,26 persen jadi Rp11.580 per kg.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, pasokan beras dari Perum Bulog sangat penting hingga panen raya tiba dalam upaya menstabilkan harga beras di tingkat konsumen. Dia membeberkan langkah stabilisasi ini akan terus ditingkatkan sampai panen raya padi tahun ini yang diperkirakan jatuh pada Februari-Maret.
“Caranya [Bulog] jangan nyipratin tapi diguyur. Tau nyipratin dan diguyur? Kalo seencrit-seencrit kesenangan Pak Billy [pengusaha beras]. Kalau sedikit-sedikit dinaikkin terus [harga beras]. Saya di Pasar Induk Cipinang 5 tahun, tentu mengerti sekali,” ujar Arief kepada awak media di Gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (13/1/2023).
Dia mengatakan, penyaluran beras medium melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) atau operasi pasar tersebut bersumber dari cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog yang berasal dari pembelian langsung, baik yang dibeli dengan menggunakan harga pembelian pemerintah (HPP), harga fleksibilitas, pengalihan stok komersial, maupun pengadaan dari luar atas penugasan pemerintah.
Baca Juga
"Saat ini, sampai panen raya, kami minta Bulog untuk mengeluarkan stok CBP yang ada di gudang, termasuk mengeluarkan beras dari luar yang sudah masuk bersamaan dengan stok beras lokal yang dimiliki Bulog. Saat ini, waktunya kami keluarkan untuk stabilisasi pasokan dan harga beras nasional. Jangan ditahan," katanya.
Arief menjelaskan, saat ini pemerintah telah melakukan pengadaan beras dari luar negeri sebanyak 98.000 ton dari target 200.000 ton. Jumlah ini menambah stok CBP yang ada di Bulog dan akan disalurkan hanya untuk kegiatan SPHP.
Berdasarkan data sampai 12 Januari 2023, total stok beras Bulog saat ini 341.000 ton yang terdiri atas 333.000 ton atau 97,9 persen stok CBP dan 7.100 ton atau 2 persen stok komersial. Dari 333.000 ton CBP tersebut, 5 persennya atau 98.000 ton adalah stok pengadaan dari luar, sedangkan 95 persennya stok pengadaan dalam negeri dan lainnya.
Sampai 11 Januari 2023, Bulog telah merealisasikan penyaluran SPHP sebanyak 26.000 ton di seluruh Indonesia, dengan realisasi di wilayah DKI Jakarta dan Banten 2.700 ton.
"Angka ini akan terus ditingkatkan dan dilakukan secara merata di seluruh Indonesia sampai dengan panen raya," ujarnya.
Arief mengatakan, stok beras nasional pada akhir tahun 2022 dan di awal tahun 2023 masih belum menutupi kebutuhan per bulan. Hal ini berdasarkan perhitungan Kerangka Sample Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) dari angka panen akhir tahun 2022 dan Januari 2023, serta dibandingkan dengan kebutuhan beras nasional per bulan.
"Februari mulai panen besar. November 2022 panen sebanyak 1,9 juta ton, Desember 2022 sebanyak 1,4 juta ton, Januari diperkirakan panen 1,3 juta ton dan panen di Februari meningkat sebanyak 4,3 juta ton. Jadi kita harus atur dan jaga betul stok dan pengaturan realisasi SPHP-nya, karena seperti kita ketahui kebutuhan beras nasional adalah 2,5 juta ton per bulan," ujarnya.