Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Eceran Diproyeksi Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Ngebut?

Simak analisis ekonom soal pertumbuhan ekonomi Indonesia saat penjualan eceran diproyeksi melambat.
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Minggu (23/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Minggu (23/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja penjualan eceran pada kuartal IV/2022 diproyeksikan tumbuh melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa tembus 5 persen?

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), indeks penjualan eceran pada kuartal IV/2022 diperkirakan tumbuh 1,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa perlambatan penjualan eceran terutama disebabkan oleh perlambatan subkelompok sandang yang tumbuh sebesar 17,6 persen yoy, kelompok barang budaya dan rekreasi tumbuh 4,8 persen yoy, serta makanan, minuman, dan tembakau yang tumbuh 4,8 persen yoy.

“Sementara penurunan utamanya terjadi pada kelompok bahan bakar kendaraan bermotor dan kelompok suku cadang dan aksesori sebesar -5,3 persen yoy dan -8,1 persen yoy, setelah bulan sebelumnya masih tumbuh positif,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (10/1/2023).

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan bahwa perkembangan penjualan eceran tersebut merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2023 yang akan lebih rendah dibandingkan dengan kuartal III/2022.

Dia memperkirakan konsumsi rumah tangga, yang merupakan kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi cenderung tertahan akibat kenaikan harga BBM dan meningkatnya inflasi pada 2022.

“Walaupun perkiraan kami [pertumbuhan ekonomi kuartal IV masih akan tetap di kisaran 5 persen, konsumsi rumah tangga nampaknya akan sedikit menurun,” katanya kepada Bisnis, Selasa (10/1/2023).

Pada kesempatan berbeda, Ekonom  Center of Law and Economic Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan penjualan eceran yang melambat pada kuartal terakhir 2022 mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang lebih rendah.

Bhima mengatakan salah satu pemicunya adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sudah relatif tinggi pada kuartal IV/2021.

Pada kuartal IV/2022, meski ada pelonggaran mobilitas, namun menurutnya momentum Natal dan tahun baru belum maksimal dalam mendorong konsumsi masyarakat, dikarenakan adanya kenaikan inflasi dan suku bunga yang menjadi faktor penghambat.

“Konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2022 bisa jadi akan tumbuh di bawah 5 persen. Keseluruhan pertumbuhan ekonomi di 2022 kami perkirakan mencapai kisaran 4,8–4,95 persen, jadi dibawah 5 persen,” katanya.

Menurutnya, perlambatan penjualan eceran juga berpotensi berlanjut pada kuartal I/2023, sehingga perlu diwaspadai pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat.

Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa pemerintah perlu memberikan stimulus atau relaksasi pajak yang berkaitan dengan konsumsi dan mendorong pembukaan kesempatan kerja yang lebih besar.

“Dan yang penting percepatan belanja negara, baik pusat maupun daerah, dan harus diperbaiki siklusnya sehingga pada kuartal pertama 2023 sudah ada pencairan anggaran yang bisa menggerakkan roda perekonomian, terutama di daerah,” jelas Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper