Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) dalam Survei Penjualan Eceran melaporkan bahwa kinerja penjualan eceran tetap tumbuh positif pada November 2022, meski melambat dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2022 yang tumbuh sebesar 1,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,7 persen yoy.
“Kelompok barang budaya dan rekreasi tercatat meningkat sebesar 5,8 persen, sementara kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta perlengkapan rumah tangga lainnya membaik meski masih dalam fase kontraksi masing-masing sebesar -16,3 persen dan -14,2 persen yoy,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi, Selasa (10//1/2023).
Di sisi lain, BI mencatat kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta subkelompok sandang tercatat melambat masing-masing menjadi sebesar 4,8 persen yoy dan 17,1 persen yoy pada November 2022.
Sementara secara bulanan, kinerja penjualan eceran masih tercatat tumbuh positif sebesar 0,4 persen (month-to-month/mtm), juga melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,3 persen mtm.
“Kinerja tersebut ditopang oleh pertumbuhan pada kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya serta suku cadang dan aksesori yang mengalami perbaikan setelah mengalami kontraksi pada bulan sebelumnya,” jelas Erwin.
Perlambatan terjadi pada kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, serta makanan, minuman, dan tembakau, dikarenakan cuaca yang kurang mendukung.
Secara spasial, penjualan eceran secara tahunan tumbuh positif di sebagian besar kota yang disurvei, tertinggi di Kota Banjarmasin sebesar 33,9 persen yoy dan Medan sebesar 23,3 persen yoy.
Sementara itu, Kota Surabaya dan Makassar melambat masing-masing menjadi sebesar 6,1 persen yoy dan 11,4 persen yoy, dari bulan sebelumnya 11,3 persen yoy dan 12,0 persen yoy.
Secara bulanan, penjualan eceran tumbuh melambat di Jakarta dengan pertumbuhan sebesar 0,2 persen mtm, Manado 8,0 persen, Medan 4,4 persen mtm, dan Makassar 0,8 persen mtm.
Tiga kota mencatatkan kontraksi pertumbuhan, diantaranya Bandung sebesar -2,7 persen, Semarang (termasuk Purwokerto) -1,0 persen, dan Banjarmasin -0,3 persen mtm.