Bisnis.com, JAKARTA — Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada 2022 mengalami penurunan yang signifikan mencapai level di bawah 3 persen, dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,57 persen dari PDB.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pada desain awal, pemerintah mengkalkulasikan bahwa defisit APBN akan berada di atas 3 persen dari PDB selama 3 tahun akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan Perppu No. 1/2020, defisit APBN diperbolehkan berada pada tingkat di atas 3 persen dari PDB selama 3 tahun dan harus kembali ke bawah 3 persen pada 2023.
Pada 2020, defisit APBN melonjak hingga mencapai 6,14 persen dari PDB akibat kegiatan ekonomi yang harus terhenti untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Defisit APBN kemudian turun menjadi sebesar 4,57 persen pada 2021 sejalan dengan pemulihan ekonomi dan kembali berjalannya aktivitas masyarakat.
“Waktu desain Perppu No. 1/2020, dengan kalkulasi kita mengatakan butuh 3 tahun defisit harus di atas 3 persen. 2022 baru saja kita tutup, defisit kita di 2,36 persen, jauh kecil,” katanya dalam acara CEO Banking Forum, Senin (9/1/2022).
Baca Juga
Sri Mulyani mengatakan, defisit APBN yang berhasil ditekan jauh di bawah 3 persen pada 2022 didorong oleh kinerja konsumsi dan investasi yang semakin membaik, juga kinerja ekspor yang meningkat tinggi akibat lonjakan harga komoditas di pasar global.
Peningkatan harga komoditas unggulan Indonesia mendorong tingginya realisasi penerimaan pajak sehingga APBN juga membaik secara signifikan.
“Mengembalikan ke sebuah disiplin itu adalah sesuatu yang hampir semua rating agency skeptis. Kalaupun ada determinasi, ekonomi waktu itu juga tidak siap untuk diketatkan lagi. Jadi sangat banyak pertanyaan, dan kita bisa tutup 2022 [defisit] tidak di sekitar 3, bahkan jauh di bawah 3 persen,” jelasnya.
Pada 2023, Sri Mulyani optimistis defisit APBN juga dapat dijaga pada level di bawah 3 persen, terutama karena kinerja perekonomian Indonesia yang diperkirakan tetap kuat pada tahun ini.