Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Turki turun ke level terendah sejak Maret 2022, sekaligus melambat dengan laju paling tajam sejak lebih dari 25 tahun terakhir.
Perlambatan ini kemungkinan merupakan dampak dari pengeluaran publik yang direncanakan menjelang pemilihan umum.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (3/1/2022), Indeks harga konsumen (IHK/CPI) naik 64,3 persen pada bulan Desember 2022 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), lebih rendah dari 84,4 persen pada November 2022.
Angka inflasi tersebut lebih rendah dari median perkiraan ekonom sebesar 66,7 persen.
Sebagian besar perlambatan mencerminkan efek dasar dari kenaikan harga yang cepat pada bulan terakhir tahun 2021, ketika lira melemah nyaris 20 persen dalam beberapa hari, sehingga membuat harga impor lebih mahal.
Pertumbuhan kredit yang terkendali dan mata uang yang relatif stabil sejak saat itu telah membuat para pembuat kebijakan memperkirakan inflasi sebesar 22,3 persen pada akhir tahun ini.
Baca Juga
Meski demikian, peningkatan ini akan kehilangan momentum karena pemerintah bersiap untuk meningkatkan pengeluaran menjelang pemilihan presiden yang dijadwalkan berlangsung pada bulan Juni.
Secara bulanan, inflasi naik 1,18 persen pada bulan Desember, turun dari 2,88 pada bulan sebelumnya. Adapun inflasi inti, yang mengecualikan item-item volatil seperti makanan dan energi, naik 51,93 persen.
Dengan harga-harga yang tetap bertahan, banyak ekonom memperkirakan inflasi akan berakhir tahun ini pada 44 persen.
Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, terjadi perlambatan di semua komponen, mulai dari perumahan dan utilitas yang turun menjadi 79,8 persen dari 82,9 persen, dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, kenaikan harga pakaian dan alas kaki turun menjadi 25,9 persen dari 37 persen, sedangkan makanan dan minuman non-alkohol turun menjadi 77,9 persen dari 102,6 persen.