Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) pada Desember 2022 kembali menguat diikuti oleh naiknya harga beras.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus melihat dari kenaikan harga tersebut diiringi permintaan yang tinggi khususnya untuk hotel, restoran, dan kafe (Horeka) pada momen akhir 2022.
“Harus dikaitkan dengan faktor konsumsi yang seasonal. Kemarin akhir tahun tinggi permintaan di Horeka, banyak permintaan akan beras. Kalau di awal tahun kan kembali cooling down, permintaannya normal lagi,” ujarnya, Selasa (3/1/2023).
Heri menegaskan bahwa setidaknya pasokan dan harga beras perlu dijaga sampai dengan musim panen atau menjelang puasa dan Idulfitri agar tidak terjadi terjadi lagi kenaikan harga komoditas pangan utama masyarakat Indonesia tersebut.
Menurutnya, harga beras harusnya turun atau setidaknya stabil, terutama setelah adanya penambahan pasokan melalui jalur impor sebesar 700.000 ton.
Maka, bila di Januari kembali terjadi kenaikan harga beras, Heri menduga intervensi dari impor belum mampu menstabilkan harga.
Baca Juga
“Harusnya kalau impor sudah terjadi, harusnya nggak naik, stabil. Pasokannya bertambah, tetapi kalau misalnya harga masih tetap naik, buat apa impor? Artinya impor nggak mampu untuk membantu menstabilkan harga. Sebenarnya kan tujuan impor untuk menjaga stoknya aman di sekitar 1,2 juta ton,” katanya.
BPS mencatat komoditas beras masih memberikan andil inflasi pada Desember 2022 sebesar 0,07 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm).
Sementara melihat data harga dalam Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, sepanjang 2023 harga beras premium dan medium tertahan tinggi di level Rp13.100 per kg dan Rp11.200 per kg.
Dampak Baik Bagi Petani
Mengenai hal ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) bersyukur atas kondisi harga gabah yang semakin baik sehingga memberi dampak terhadap naiknya kesejahteraan petani. Dia berharap, monentum ini dapat dijaga bersama hingga panen raya tiba.
"Saya bersyukur kesejahteraan petani bertumbuh terus positif, utamanya harga gabah yang baik dan memberi dampak bagi kesejahteraan. Karena itu saya meminta momentum ini dijaga hingga panen raya tiba. Jangan rusak kebahagiaan petani dengan menerima harga yang tidak layak," jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (2/1/2023).
Syahrul berharap dengan pembelian beras dalam negeri, meskipun mahal, dapat membantu petani serta perputaran ekonomi di Indonesia.
"Kalau harga beras naik Rp2.000 - Rp3.000 wajarlah naik sedikit, petaninya dapat uang. Dia kasih sekolah anaknya. Kalau dia sekolah anaknya dia belikan baju lagi. Tukang jahit dapat kaitan [dampaknya]. Tukang jahit kasih anaknya makan lah. Berputar ekonomi," ujarnya.