Bisnis.com, JAKARTA- Penyerapan lahan di kawasan industri wilayah Jakarta Raya mengalami perlambatan yang cukup mendalam pada kuartal III/2022. Kontraksi pada periode ini cukup parah, bahkan transaksinya kurang dari setengah di periode yang sama pada 2021.
Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto menerangkan penjualan di kuartal ketiga ini merupakan penjualan terendah sepanjang tahun 2022. Namun, ada harapan perbaikan pada kuartal ke-4 tahun ini.
"Kami masih melihat peluang bagi sektor ini untuk terus tumbuh terutama dalam jangka pendek, karena masih terdapat beberapa potensi transaksi yang mungkin terjadi," kata Ferry, dikutip Jumat (30/12/2022).
Data Colliers menunjukkan total lahan yang terjual di kuartal III/2022 adalah 24,5 hektare, sedangkan pada kuartal II/2022 penyerapan lahan mencapai 50,58 hektare artinya kurang dari setengah transaksi kuartal sebelumnya.
Total transaksi hingga September 2022 adalah tercatat 139,7 hektar atau hanya sekitar 66 persen dari pencapaian tahun lalu.
Jika transaksi di akhir kuartal tahun ini tidak signifikan, maka pencapaian tahun ini tidak bisa tembus dari pencapaian di tahun 2021. Namun, hal tersebut tidak menandakan pelemahan di sektor industri karena permintaan dan rencana peningkatan kapasitas produksi masih berjalan.
Baca Juga
Adapun, dalam laporan tersebut diketahui penurunan ini terjadi karena prioritas para pengembang kawasan industri yang tengah fokus menggali potensi untuk menjual lahan yang ada. Di samping itu, ada keterbatasan lahan untuk ekspansi di kawasan ini. Padahal, peminat lahan di kawasan tersebut cukup tinggi.
Misalnya, kawasan industri di Bekasi yang memiliki penjualan tertinggi namun tifak ada lahan untuk pengembangan ke depannya. Beberapa perusahaan tengah melirik wilayah di luar Bekasi yang masih memiliki pasokan lahan mentah yang besar.
Hal yang sama juga terjadi di Karawang, namun beberapa wilayah di sebelah timur Karawang rata-rata masih memiliki cadangan lahan yang baru dan luas, sehingga masih memungkinkan untuk diperluas.
Di selatan Jakarta, yakni Bogor juga memiliki lahan yang terbatas. Apaalagi, wilayah Bogor lebih ditujukan untuk kawasan permukiman, sementara alokasi lahan untuk industri terbatas.
Hal ini memaksa pengembangan kawasan industri bergeser lebih jauh ke selatan, khususnya Sukabumi, yang terutama didukung oleh rencana pembangunan jalan tol yang menghubungkan Sukabumi dengan pusat kota.
Di Tangerang, kami tidak melihat banyak potensi tanah yang bisa dikembangkan untuk kegiatan industri, apalagi harga tanah yang semakin meningkat sehingga lebih cocok untuk dibangun
rumah tinggal atau apartemen.
Namun pengembangan ke arah barat masih sangat memungkinkan karena terletak di kawasan Serang yang merupakan kawasan industri petrokimia, baja, bahan bangunan, dan industri berat lainnya. Selain itu, ada area yang sedang dikembangkan dan dibangun di Serang.
Ferry menambahkan, data center atau pusat data masih akan menjadi tulang punggung penjualan lahan industri sepanjang tahun 2022. Tren ini kemungkinan akan berlanjut di Q4 dan kemungkinan masih akan menjadi sektor yang mendorong pertumbuhan di tahun 2023.
"Begitu pula sektor logistik akan terus berkembang ke depannya. Sektor lain yang juga akan ditingkatkan kapasitas produksinya adalah industri petrokimia dan turunannya," jelasnya.