Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Menkeu China : Target Defisit Anggaran Perlu Naik untuk Topang Ekonomi

Mantan Menkeu China Lou Jiwei menilai pemerintah perlu menetapkan target defisit anggaran di atas 3 persen dari PDB guna menopang kinerja perekonomian.
Pabrik iPhone terbesar di dunia di Kota Zhengzhou China milik Foxconn./Bloomberg
Pabrik iPhone terbesar di dunia di Kota Zhengzhou China milik Foxconn./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) China Lou Jiwei menilai Beijing kemungkinan perlu menetapkan target defisit anggaran di atas 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) guna menopang kinerja perekonomian.

“Kebijakan fiskal harus terus fokus pada pemotongan pajak dan biaya,” ungkap Lou dalam acara Wealth Management 50 Forum, sebagaimana dilansir dari Bloomberg pada Senin (26/12/2022).

Mantan Menkeu yang turun dari posisinya pada 2016 lalu menjelaskan rasio defisit di atas 3 persen akan lebih tinggi dari target 2,8 persen yang ditetapkan untuk tahun ini.

Selain itu, Lou menyarankan peningkatan kuota bagi pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus. Sebagian dari itu masih dapat digunakan untuk memotong utang implisit pemerintah daerah yang belum dibayar.

Lou berharap hal tersebut bisa dilakukan secara cepat dengan harapan bisa mengembangkan ekonomi China seperti semula sebelum pandemi covid-19 melanda.

Seperti diketahui, perekonomian China semakin melambat pada bulan Desember karena wabah Covid-19 yang masif menyebar ke seluruh negeri, dengan aktivitas merosot karena masyarakat memutuskan untuk tetap berada di rumah untuk menghindari virus tersebut.

Indeks agregat dari delapan indikator awal menunjukkan kontraksi aktivitas ekonomi pada bulan Desember dari laju yang sudah lemah pada bulan November, sehingga prospeknya cenderung suram menjelang tahun baru.

Meskipun tidak ada data yang kuat terkait sejauh mana virus telah menyebar, Covid-19 telah menyerang setiap provinsi sebelum akhir pengujian yang ekstensif. Pelonggaran hampir semua pembatasan domestik diperkirakan semakin memperburuk penyebaran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper