Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan porsi kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) terus berkurang.
Dia menuturkan pemerintah harus berani untuk mereformasi struktural agar tidak membahayakan ekonomi makro di Indonesia, termasuk soal SBN.
"[Porsi] SBN saat itu 38,5 persen itu dikuasai asing. Sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing. karena kalau masih dikuasai asing begitu goyah sedikit makro kita keluar berbondong-bondong goyah pasti kurs kita [rupiah]," ujar Jokowi saat memberikan sambutan di acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Hotel Ritz-Charlton, Jakarta pada Rabu (22/12/2022).
Menurutnya, transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III/2022 sudah mengalami surplus hingga US$8,9 miliar. Angka tersebut, lanjutnya, sudah 0,9 persen lebih besar dibandingkan PDB Indonesia.
Jokowi mengungkapkan perbaikan-perbaikan itu betul-betul nyata dan terlihat dalam angka.
"Saya selalu minta angka-angka, ya ini sudah lebih baik, ya angkanya berapa? bukan ya saja. Angkanya pasti saya minta, dari berapa kemudian sekarang berapa, karena itu penting sekali," imbuhnya.
Baca Juga
Jokowi juga mengungkapakn defisit anggaran saat ini atau hingga akhir 2022 tercatat 2,49 persen. Capaian tersebut, lanjutnya, turun drastis dibanding saat pandemi Covid-19.
"Ini upaya yang kita lakukan agar ekonomi makro kita menjadi lebih baik, dalam angka-angka," ujar Jokowi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan realisasi pembiayaan utang telah turun 24,3 persen per 14 Desember 2022 dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), yakni dari Rp713,8 triliun menjadi Rp540,3 triliun.
Menurutnya, perbaikan kesehatan APBN bisa ditunjukkan dari sisi pembiayaan utang, terutama dari penerbitan surat berharga negara (SBN) yang turun sangat drastis jelang akhir 2022.
"Issuance SBN mengalami penurunan sangat drastis, dari tahun lalu Rp723,3 triliun, tahun ini kami mengeluarkan SUN Rp540,3 triliun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA edisi Desember 2022, Selasa (20/12/2022).
Menurutnya, capaian tersebut merupakan penurunan yang cukup baik. Hal itu, kata dia, konsisten dengan kondisi APBN yang sehat. Dampaknya, Sri Mulyani mengatakan rating agency memberikan penilaian APBN dalam posisi stable outlook pada level BBB.