Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah resmi mengumumkan pelarangan ekspor bauksit mulai Juni 2023 dalam upaya hilirisasi mendukung industri pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri.
Menurut laman resmi Kementerian Perindustrian, bauksit merupakan bahan mentah yang diolah menjadi Smelter Grade Alumina (SGA) dan selanjutnya menghasilkan alumunium ingot.
Pengolahan bauksit bernilai tambah dapat berupa kabel, pipa, alat rumat tangga, konstruksi, furnitur, alat olah raga, otomotif dan bahkan memasok industri aviasi alias penerbangan.
Selain itu, bauksit dapat diolah menjadi chemical grade alumina (CGA) yang dimanfaatkan untuk pemurnian air, kosmetika, farmasi, keramik, dan plastik filler.
Jokowi menegaskan bahwa dengan industrialisasi bauksit di dalam negeri ini akan meningkatkan pendapatan negara dari Rp21 triliun menjadi sekitar Rp62 triliun atau naik hampir 200 persen.
Adapun, sejumlah konglomerat Indonesia diketahui terjun ke bisnis Bauksit, salah satunya adalah Lim Haryanto, pemilik perusahaan pertambangan PT Cita Mineral Investindo Tbk. (CITA).
Berikut Daftar Konglomerat yang memiliki Bisnis Bauksit:
1. Lim Hariyanto - PT Cita Mineral Investindo Tbk. (CITA)
Lim Hariyanto Wijaya Sarwono merupakan pemilik dari perusahaan pertambangan bauksit PT Cita Mineral Investindo Tbk. Perusahaan dengan kode Emiten CITA yang memproduksi Semlter Grade Alumina (SGA) melalui kerja sama dengan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHAR) dari China.
Pada 2022, Lim tercatat sebagai orang terkaya nomor 36 di Indonesia menurut Forbes, dengan total kekayaaan sebesar US$1,1 miliar atau setara Rp17,138 triliun (kurs Rp15.580).
Dengan usia yang sudah cukup tua, yakni 94 tahun, kini CITA dilanjutkan oleh anaknya, yaitu Lim Gunawan Hariyanto yang menjabat sebagai Presiden Komisaris di CITA.
Bukan hanya sebatas pemilik pertambangan bauksit, Lim memiliki harta kekayaan yang fantastis berkat Harita Group, perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, seperti pertambangan nikel, smelter ferronikel, kilang penyulingan alumina, perkebunan kelapa sawit, ekspedisi, kayu, batu bara, hingga properti.
Adapun, perkebunan kelapa sawit miliknya dengan entitas Bumitama Agri merupakan pemasok minyak sawit untuk Wilmar, Sinar Mas, dan Musim Mas.
2. Garibaldi Thohir – PT Adaro Alumunium Indonesia
Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, pemilik PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) mulai terjun ke bisnis bauksit pada 2021 dengan memulai rencana pembangunan smelter di Indonesia.
Total investasi tersebut sebesar US$728 juta setara Rp10,41 triliun (kurs Rp14.300) untuk membangun aluminium smelter di Kawasan Industri Hijau Indonesia yang terbesar di dunia.
Adapun, Adaro Aluminium nantinya akan berada di bawah PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR). Boy Thohir pun berharap dengan pembangunan yang terus berjalan, smelter tersebut dapat dioperasikan pada 2024 mendatang.
3. Agus Lasmono - PT Indika Energy Tbk. (INDY)
Agus Lasmono adalah pendiri dan pemilik PT Indika Energy Tbk. (INDY). Sebelumnya dia menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama Indika Energy dari 2007 sampai 2017. INDY merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan khususnya batu bara.
Menjelang akhir 2022, INDY melalui anak perusahaan PT Indika Mineral Investindo (IMI) secara resmi telah menyelesaikan akuisisi perusahaan smelter dan pertambangan bauksit PT Perkasa Investama Mineral (PIM).
Tercatat, nilai transaksi tersebut sebesar US$5 juta atau setara dengan Rp74.899.000.000.