Bisnis.com, SOLO – Hitachi Energy telah berhasil membangun mi-crogrid di Nusa Penida, Klungkung, Bali. Microgrid juga membantu memenuhi kebutuhan 20% dalam permintaan listrik selama KTT G20 baru-baru ini di Bali dan akan terus mendukung permintaan dari pelanggan lokal.
"Menjelang KTT G20, microgrid telah memasok listrik bersih ke Bali. Hal ini menunjukkan wujud komitmen nyata Indonesia dalam mendukung transisi energi yang menjadi poin pem-bahasan penting di KTT G20," ujar Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PT PLN (Persero), dalam keterangan yang diterima Bisnis.
Menurutnya, pengoperasian PLTS ini menunjukkan kesiapan PLN dalam mengawasi transisi energi Indonesia untuk mencapai target bauran energi dan net zero emission pada tahun 2060.
Selain itu diharapkan pula terwujudnya komitmen perseroan terhadap prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Dibangun di atas lahan seluas 4,5 hektar, pengembangan proyek dilakukan oleh PT Indonesia Power, anak perusahaan Pembangkit Listrik PLN, untuk meningkatkan keandalan dan keberlanjutan pasokan listrik di Nusa Penida, pulau yang berdekatan dengan Bali yang juga menjadi tujuan wisata favorit saat ini.
Microgrid 4MWp/3MW/3MWh ini juga merupakan bagian dari program dedieselisasi PLN untuk mengurangi emisi karbon dan mempercepat peralihan ke energi yang lebih hijau dengan mengganti 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), yang saat ini masih beroperasi di seluruh negeri.
Baca Juga
"Sebagai pemimpin teknologi global, kami bangga dengan proyek ini dan siap mendukung PLN dalam komitmennya untuk mengamankan pasokan listrik tambahan yang andal dan berkelanjutan selama KTT G20 di Bali," kata Predrag Grupkovic, Country Managing Director, Hitachi Energy di Indonesia.
Dikerjakan dalam konsorsium dengan PT Surya Energi Indotama (SEI), Hitachi Energy memasok solusi tersebut termasuk: 3MW/3MWh e-meshTM PowerStoreTM Battery Energy Storage System (BESS) dan otomatisasi e-mesh yang canggih, dengan target pencapaian 6.779 MWh per tahun, dan mengurangi emisi karbon sebesar 3.200 ton CO2 per tahun.
"Proyek ini dikerjakan dengan banyak tantangan yang ada dengan periode waktu pekerjaan sangat singkat sekitar 8 bulan. Selain itu dengan letak geografis pulau ini sehingga pembangkit listrik tenaga surya harus dibangun di atas bukit kapur yang curam. Meskipun demikian, tim lapangan kami berhasil mengintegrasikan ladang surya dengan pembangkit listrik diesel dan sistem penyimpanan energi baterai yang ada untuk memaksimalkan pasokan listrik energi terbarukan dan menurunkan penggunaan bahan bakar fosil untuk beralih ke energi yang dihasilkan lebih berkelanjutan," jelas Predrag.
Predag menjelaskan bawha proyek ini merupakan kolaborasi lintas pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan transisi energi untuk masa depan yang berkelanjutan di Indonesia.
Sistem kontrol canggih e-mesh juga membantu memaksimalkan kinerja sistem PLTS hibrida di Nusa Penida. Solusi gabungan menghasilkan pengoperasian BESS dan PV tenaga surya yang stabil dan terkoordinasi dengan PLTD yang ada.
Pada siang hari, BESS menstablilkan fluktuasi dari pembangkit terbarukan dan memungkinkan pembagian beban untuk memastikan operasi genset yang efisien.
Lapisan kontrol e-mesh juga terus memantau anomali operasi daya, dan dapat dengan cepat mengirimkan energi dari BESS untuk melindungi jaringan listrik pulau.