Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia diproyeksi mampu membukukan pertumbuhan ekonomi di tengah bayang-bayang resesi global 2023. Bukan hanya itu, ekonom juga menilai kecil kemungkinan Indonesia masuk ke dalam jurang resesi.
Kepala Divisi Riset Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero menuturkan bahwa pertumbuhan ekonomi riil Indonesia di rentang periode 2010 – 2022 terjadi fluktuasi. Namun secara umum, Indonesia bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, kecuali saat terjadi pandemi 2020.
Dalam hal resesi, Poltak menyampaikan bahwa Indonesia bisa saja mengalami resesi salah satunya karena sektor keuangan mengalami guncangan sangat hebat. Jika melihat pada situasi 1998, Indonesia mengalami guncangan di sektor keuangan. Pasalnya, bukan hanya sektor keuangan yang mengalami kegoncangan karena perbankan, melainkan juga inflasi yang sangat tinggi.
Namun demikian, Poltak memandang bahwa jika dibandingkan dengan situasi 1998, sektor keuangan Indonesia saat ini berada di posisi yang masih cukup baik. Adapun faktor yang kedua adalah pandemi global. Di sisi lain, Poltak berharap tidak ada pandemi baru.
"Kalau misalnya ada pandemi baru sepertinya, besar kemungkinan tahun 2023 Indonesia masih bisa membukukan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik," ujar Poltak dalam webinar "Economy Outlook 2023 & Inflation-Recession Pressure: What does it means for insurance and media insurance", Selasa (20/12/2022).
Poltak menjelaskan hal itu dikarenakan komponen ekonomi Indonesia paling besar berasal dari belanja konsumsi dalam konsumsi privat, yang tumbuh sekitar 4 – 5 persen. Komponen ini merupakan motor penggerak 50 persen dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Itu makanya kenapa sulit untuk bisa melihat ekonomi Indonesia terjerumus ke dalam resesi karena memang komponen setengah dari komponennya itu adalah belanja privat dan itu itu sendiri masih bertumbuh 4 – 5 persen. Kalau bisa bertahan [belanja privat], maka Indonesia kecil sekali kemungkinannya bisa masuk ke dalam resesi," tuturnya.
Baca Juga
Melihat komponen tersebut, Poltak optimistis bahwa kekhawatiran Indonesia masuk ke dalam resesi sangat kecil. Namun demikian, dia membenarkan bahwa resesi juga terdampak oleh perlambatan ekonomi global, yang biasanya terkait dengan manufaktur yang bertujuan ekspor.
Sementara itu, aktivitas ekonomi Indonesia berasal dari aktivitas aktivitas yang bersifat lokal, yakni yang diproduksi dan dikonsumsi dalam negeri sehingga dampak dari perlambatan ekonomi global relatif minim.
"Ekonomi Indonesia bertumbuh dan private consumption tetap mendorong mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan bersama dengan itu juga kebutuhan akan investasi kebutuhan akan pendanaan tentu akan tetap bertumbuh juga seiring dengan aktivitas masyarakat yang mulai beradaptasi terhadap normal baru," pungkasnya.