Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Pengembang Optimistis Prospek Properti 2023

Angka backlog yang masih tinggi ini berdampak pada kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal pun masih besar pada tahun mendatang.
Bogor Royal Heights besutan  PT Tajur Surya Abadi
Bogor Royal Heights besutan PT Tajur Surya Abadi

Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang meyakini sektor properti akan tetap bertahan dan berkibar di tahun depan meskipun resesi ekonomi benar-benar terjadi.

Pasalnya, kebutuhan properti khususnya hunian atau rumah kebutuhan masih cukup besar di Indonesia baik untuk rumah pertama maupun hunian sebagai obyek investasi.

Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), backlog atau kekurangan pasokan rumah di Indonesia saat ini masih tinggi yakni mencapai 12,75 juta unit. 

Angka backlog yang masih tinggi ini berdampak pada kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal pun masih besar pada tahun mendatang.

Keoptimisan kondisi sektor properti di tahun depan juga karena investor makin cerdas dan tahu bahwa investasi yang paling imun terhadap krisis ekonomi dan gejolak sosial maupun keamanan adalah sektor properti.

General Manager PT Tajur Surya Abadi Hendra Gunawan berpendapat sejatinya saat terjadi krisis ekonomi sosial menjadi sebuah momentum tepat untuk membeli maupun berinvestasi pada sektor properti.

Hal ini karena harga properti yang cenderung tidak naik pada kondisi krisis ekonomi.

Bahkan, di beberapa lokasi pun bisa saja mengalami penurunan harga meskipun dijamin kondisi tersebut tak berlangsung lama.

Di sisi lain, investasi properti masih terbilang aman bila dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya.

“Ramai soal resesi global itu Agustus sampai September tahun 2022 dan pengaruhnya terhadap penjualan kami itu di Oktober 2022. Namun di November, setelah keluar berita-berita optimisme bahwa Indonesia tidak terdampak penjualan rumah dan apartemen kami di Royal Tajur kembali stabil dan cenderung meningkat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (28/11/2022).

Menurutnya, para calon konsumen end user dan investor properti tak perlu cemas terhadap ancaman resesi global di tahun depan.

Dia menjamin, sektor properti bisa bertahan dari kondisi krisis.

Hal itu dibuktikan dengan selama pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, sektor properti khususnya residensial tetap survive.

Padahal, kondisi sektor properti paling parah terjadi pada awal pandemi Covid-19 yakni sekitar bulan April hingga September 2020 dimana kala kondisi ekonomi global termasuk Indonesia saat itu sangat terpuruk dan bahkan lebih parah dari resesi yang dikhawatirkan pada tahun 2023.

“Perputaran uang mandek, orang dilarang keluar karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), bahkan lockdown,” katanya.

Namun, sektor properti berhasil menujukkan eksistensinya di tengah badai pandemi.

Oleh karena itu, menurut Hendra, saat ini menjadi momen untuk berinvestasi properti. Pasalnya, sektor properti sudah terbukti merupakan imun terhadap krisis ekonomi bahkan resesi sekalipun.

“Sebagai investor harusnya di masa seperti ini saatnya berinvestasi. Jadi salah jika investor mengambil posisi wait and see. Karena pada saat posisi see harga sudah tinggi. Harusnya waktu wait itu sebenarnya peluang dapat margin tinggi. Kalau sudah see di situ investor panen cuan. Belinya pada posisi see ya terlambat sebab itu posisi jual,” terangnya. 

Ditambah lagi, saat ada isu negatif resesi ekonomi global 2023 dan pasar tengah wait and see, pengembang dalam posisi tidak bisa ngerem.

Mereka pun tetap harus berjualan produk karena pembangunan infrastruktur tetap jalan dan kontrak-kontrak pembangunan rumah tak bisa dihentikan.

“Istilahnya sekarang ini sebagian besar developer ambil kebijakan menurunkan marginnya demi keberlanjutan proyeknya. karena kontrak pembangunan sudah berjalan semuanya. Jadi ini waktunya investor properti ambil peluang,” tutur Hendra. 

Pengembang hunian Royal Tajur di Bogor ini pun tetap merilis proyek dan menunjukkan aktivitas penjualan hunian di semua segmen mulai dari apartemen Royal Heights direntang harga Rp500 juta hingga Rp800 juta, rumah inden klaster The Dunster seharga Rp800 juta hingga Rp1 miliar, dan rumah siap huni dengan kisaran Rp1,5 miliar hingga Rp2,5 miliar.

Department Head Sales Royal Tajur Frans Hartono menuturkan pembangunan Royal Heights Apartment Tower B di Bogor tuntas dikerjakan dan mulai serah terima kunci pada pertengahan 2023.

Bogor Royal Heights merupakan proyek percontohan perizinan apartemen dengan proses tercepat yang dihitung sejak perizinan hingga penerbitan sertifikat.

“Bisa langsung AJB (Akta Jual Beli) dan dapat sertifikat,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper