Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia masih terus berjalan hingga di atas level prapandemi, bahkan menguat hingga kuartal III/2022.
Tren pemulihan ekonomi Indonesia pun merupakan salah satu yang terkuat di antara negara G20 dan Asean-6. Tren pemulihan yang sama kata Sri Mulyani juga terjadi di sejumlah negara berkembang lainnya, seperti di Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
Sebaliknya, negara yang relatif maju, yang tingkat inflasi dan suku bunganya meningkat tinggi, justru mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal ketiga tahun ini.
“Negara yang relatif maju, yang inflasinya tinggi dan kenaikan suku bunganya sudah tinggi, perekonomiannya mulai mendingin. Inggris bahkan hanya [mencatatkan pertumbuhan ekonomi] 2,4 di kuartal III, Italia 2,6 persen, Prancis bahkan hanya 1 persen, seluruh Uni Eropa tumbuh 2,1 persen,” katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (24/11/2022).
Lebih lanjut, perekonomian Amerika Serikat (AS) pun mencatatkan pertumbuhan hanya sebesar 1,8 persen pada kuartal III/2022.
Menurutnya, hal itu menggambarkan memerangi inflasi dengan kenaikan suku bunga secara tidak langsung menyebabkan kinerja ekonomi menjadi terpengaruh.
"Tantangan ini yang akan terus dihadapi pada 2022 dan tahun 2023 mendatang,” jelasnya.
Perekonomian Indonesia sendiri, imbuhnya, mencatatkan pertumbuhan di atas 5 persen selama empat kuartal berturut-turut.
Jika diakumulasikan, level produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia dari kuartal I hingga kuartal III tahun ini telah mencapai 6,6 persen, di atas level prapandemi pada 2019.
“Ini termasuk pemulihan yang relatif kuat dan cepat, dibandingkan banyak negara lain, yang bahkan masih belum. Inggris termasuk yang paling telat, sampai hari ini mereka belum pulih sampai ke level pra pandemi. Thailand dan Jepang masih berada di bawah level pra pandemi,” kata Sri Mulyani.