Bisnis.com, JAKARTA — Surplus neraca perdagangan Indonesia yang telah berlangsung selama 30 bulan terakhir diproyeksi akan terus berlanjut. Namun, surplus tersebut cenderung menyempit pada tahun depan.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal memperkirakan kinerja ekspor Indonesia pada tahun depan akan mulai mengalami perlambatan.
Di samping harga komoditas yang diperkirakan turun, dia mengatakan kinerja impor juga diproyeksi mengalami penguatan, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, terutama konsumsi masyarakat.
“Walaupun kondisi global ada sedikit gangguan, tapi impor pertumbuhannya masih lebih bagus dibandingkan ekspor, sehingga ini berdampak pada surplus perdagangan Indonesia,” katanya dalam acara CORE Economic Outlook 2023, Rabu (23/11/2022).
Selain itu, Faisal mengatakan kinerja ekspor di dalam negeri pada tahun depan juga akan terpengaruh oleh tekanan global karena perekonomian beberapa negara tujuan ekspor utama Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Eropa, diproyeksikan lebih rendah.
Adapun, neraca perdagangan Indonesia hingga Oktober 2022 telah mencatatkan surplus selama 30 bulan beruntun. Surplus perdagangan pada Oktober 2022 tercatat mencapai US$5,67 miliar.
Capaian surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$4,97 miliar.
Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menyampaikan bahwa dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari hingga Oktober 2022 secara keseluruhan mencatatkan surplus US$45,52 miliar.
“Surplus pada Januari—Oktober 2022 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar US$30,90 miliar,” katanya.
BI memandang tingginya surplus neraca perdagangan hingga Oktober 2022 telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.