Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi, Bagaimana Nasib Sektor Properti?

Pengembang properti mulai menunjukkan kehawatiran dengan kenaikan suku bunga BI ke level 5,25 persen
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Persatuan Perusahaan Realestate Indonesia (REI) mengkhawatirkan dampak dari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level 5,25 persen terhadap sektor properti di Indonesia.

Ketua Umum DPP REI, Paulus Totok Lusida, mengatakan pengembang tidak menyangka kenaikan suku bunga acuan BI akan bertubi-tubi terjadi di akhir tahun ini.

"Saya pikir kemarin itu kalau sudah kurs dolar ke rupiah Rp15.500-an sekarang sudah stabil, [suku bunga acuan] nggak perlu ikut naik, tapi naik juga. Ya memang belum kritis," kata Totok saat dihubungi Bisnis, Kamis (17/11/2022).

Totok menilai kenaikan suku bunga merupakan upaya pemerintah dalam menyesuaikan dengan kondisi global. Untuk bisa pulih dari krisis dan segala inflasi.

Meski demikian, dia masih optimistis penjualan properti masih bisa melaju seiring dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,72 persen yang berada di posisi terbaik jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

"Tapi kalau naik-naik terus [suku bunga] ini ya semoga ada hasil dari G20, kan karena yang mengendalikan inflasi dan krisis ini bukan hanya Indonesia sendiri," ujarnya.

Keberlangsungan sektor properti, imbuhnya, sangat berkaitan dengan transaksi dalam negeri, supply dan demand. Dia menyatakan pengembang akan terus siap menyiapkan produk jika pasarnya masih ada.

Untuk itu, dia menekankan terkait pentingnya menjaga transaksi dalam negeri. Menurutnya, transaksi dapat terus berlangsung lancar apabila kesejahteraan masyarakat kelas pekerja dapat terus ditingkatkan. Pasalnya, transaksi ini yang akan menjadi ukuran kinerja penjualan properti ke depannya. Dia berharap tidak akan ada lagi perubahan yang lebih drastis dari kondisi saat ini.

"Kami lagi prepare terobosan dan diskusi terus, harus membuat efisiensi dan efektivitas supaya melihat kemampuan masyarakat. Dengan pertumbuhan yang ada sih kami masih optimis kondisi ini tetap bagus meskipun bunga bank naik 5,25 persen," ujarnya.

Optimisme tersebut juga datang dari produk landed house atau rumah tapak di Indonesia yang 100 persen dibangun pengembang lokal. Adapun, untuk produk high rise atau apartemen sebagian kecilnya telah didominasi oleh pengembang asing.

Di sisi lain, dia masih melihat perlunya stimulus dari pemerintah untuk tetap menggairahkan pasar properti. Salah satunya yang paling efektif yaitu PPN DTP.

"Ya saya sih melihatnya memang harus ada stimulus tetap untuk sementara waktu, iya yang paling efektif kan disitu [PPN DTP]," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper