Bisnis.com, JAKARTA — Negara maju berkomitmen untuk menginvestasikan US$600 miliar dalam bentuk pinjaman dan hibah untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan investasi berkelanjuan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Investasi tersebut dilakukan melalui skema Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII). Skema ini merupakan upaya kolaboratif dari negara anggota G7 yang akan berlangsung selama 5 tahun ke depan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa salah satu proyek PGII, yaitu Just Energy Transition Partnership (JETP), akan memobilisasi pembiayaan sebesar US$20 miliar atau sekitar Rp310,7 triliun (asumsi kurs Rp15.535 per US$) untuk sektor publik dan swasta Indonesia.
“Di dalam PGII, ada unsur JETP, diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden, Indonesia mendapat US$20 miliar agar energi transisi bisa berjalan baik,” katanya, Rabu (17/11/2022).
Di samping itu, juga terdapat bantuan dana untuk program Indonesia Millennium Challenge Corporation (MCC) Compact yang telah berhasil meluncurkan US$698 juta.
Selanjutnya, kata Airlangga, negara berkembang, termasuk Indonesia, nantinya diharapkan dapat mengajukan pembiayaan tersebut.
Baca Juga
“Negara berkembang diharapkan nanti bisa membentuk tim untuk mendapatkan akses terhadap pendanaan tersebut, 3–5 tahun ke depan dan akan dibahas secara teknis bagaimana withdrawal dari dana tersebut,” jelasnya.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, komitmen tersebut akan mendukung Indonesia dalam mendorong percepatan transisi energi.
“Kemitraan bersejarah ini akan mendukung komitmen ambisius Indonesia untuk mengejar target iklimnya melalui JETP lewat investasi mitra internasional termasuk memobilisasi pendanaan awal US$20 miliar dari pembiayaan publik dan swasta,” kata dia.
Pemerintah pun akan segera menyusun rencana aksi dengan mitra investor untuk menindaklanjuti kesepakatan kemitraan tersebut selama 6 bulan mendatang.
“JETP juga dapat membuat pekerjaan hijau lainnya serta menguntungkan masyarakat lokal, kita harus berpikir bagaimana transisi energi tidak berdampak buruk pada komunitas rentang di daerah, untuk mendukung transisi energi yang terjangkau,” tuturnya.