Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja bongkar muat kargo di Terminal Kijing, Pontianak, tercatat produktif sejak diresmikan Agustus 2022 berkat komoditas turunan crude palm oil (CPO). Total kargo yang dilayani selama tiga bulan beroperasi yakni tembus 433.626 ton.
Secara terperinci, total kargo yang dilayani di Terminal Kijing terbagi menjadi 308.089 ton kargo yang dimuat, dan 125.537 ton kargo yang dibongkar. Sebagian besar kargo yang dibongkar dan dimuat di terminal milik PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo itu yakni diisi oleh komoditas turunan CPO dengan tujuan ekspor.
"Hampir sebagian besar produk yang di ekspor adalah komoditi turunan CPO dengan tujuan negara ekspor," demikian dikutip dari keterangan resmi Pelindo Regional 2 Pontianak, Rabu (16/11/2022).
Dari total kargo yang dimuat, komoditas yang dilayani yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Olien (RBDPL) sebanyak 164.788,15 ton, Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) 57.365,73 ton, Refined Bleached Deodorized Palm Stearin 39.002,20 ton, Crude Palm Oil (CPO) 12.981,92 ton, Palm Kernel Oil 8.548,59 ton, Palm Kernel Expeller 13.300 ton, dan Palm Fatty Acid Distilled 12,103,65 ton.
Sementara itu, kargo yang dibongkar di Terminal Kijing meliputi komoditas CPO sebanyak 119.546 46 ton, General Cargo 2.967 ton, dan Methanol 3.083 ton
Selanjutnya, kargo produk yang didominasi oleh komoditas turunan CPO tersebut diekspor paling banyak ke China sebesar 69.297 ton, India 93.669 ton, Malaysia 24.889 ton, Vietnam 9.900 ton, Korea Selatan 14.008 ton, dan Pakistan 14.693 ton.
Baca Juga
Di samping itu, guna meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa kepelabuhanan, Terminal Kijing tengah menjalani assessment green port yang merupakan program dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Assessment dilakukan oleh IDSurvey dari Biro Klasifikasi Indonesia dan Sucofindo yang dilaksanakan selama tiga hari dari 15 sampai dengan 17 November 2022.
Program green port di Terminal Kijing menjadi bagian komitmen dari Pelindo Regional 2 Pontianak dalam mengurangi emisi karbon di sekitar pelabuhan, yang salah satunya tertuang dalam Kriteria pengendalian perubahan iklim.
Untuk diketahui, pelaksanaan program green port telah diinisiasi melalui assessment oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi dan berkolaborasi dengan Pelindo. Beberapa aspek yang dinilai dalam assessment tersebut meliputi aspek manajemen, yang terdiri dari limbah terkait kapal dan operasional, sumber daya berkelanjutan, lansekap, dan kualitas hidup.
Kemudian, aspek lain yang dinilai meliputi kepelabuhanan; lingkungan (konektivitas, pengerukan, kualitas air, udara, tanah dan kebisingan, adaptasi iklim); energi (energi dan mitigasi perubahan iklim); habitat; manajemen kesehatan spesies; community development; serta aspek teknis dan digital.