Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyelesaikan uji jalan atau road test penggunaan bahan bakar B40 pada kendaraan bermesin diesel. Setelah ini, pemerintah bakal mengeluarkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40 untuk segera diimplementasikan.
Menteri ESDM Arifin Tasrif berharap pemakaian bahan bakar nabati (BBN) biodiesel dapat mengurangi ketergantungan impor pada bahan bakar minyak (BBM) sekaligus meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
"Pertama saya senang performa B40 bisa merespon kebutuhan energi kendaraan. Kedua, emisinya bisa turun,” kata Arifin saat kunjungan kerja di Jawa Barat, dikutip dari siaran pers, Selasa (1/11/2022).
Pemerintah bakal terus mendorong pemanfaatan sumber-sumber energi EBT yang ada di Indonesia. Saat ini, dia menambahkan, pengembangan energi terbarukan belakangan memperoleh momentumnya di tengah krisis yang masih berlanjut hingga saat ini.
“Sekarang produksi minyak kita kira-kira 650.000 barel per hari, sedangkan kebutuhan kita 1,3 juta barel per hari. Apa jadinya kalau kita tidak bisa beli yang 650.000 barel karena tidak ada pasokan. Apalagi kemampuan kita itu cuma 50 persen, separuhnya kita dipenuhi dari minyak impor," tambahnya.
Di sisi lain, dia mengatakan, ekosistem dunia persawitan relatif sudah berjalan dengan baik untuk mengatasi ketergantungan terhadap energi fosil. Selain sawit dengan luas lahan yang besar, dia juga mengatakan, terdapat sejumlah sumber energi bersih lain yang tengah dikembangkan pemerintah seperti ethanol.
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menambahkan, dari 50.000 kilometer (km) tersisa 6.000 km lagi dan jika sudah selesai akan didapat kesimpulan final hasil test yang menjadi rujukan.
"Road test B40 tersisa 6.000 km lagi. Jadi hasil final untuk kendaraan yang pertama itu akan bisa kita dapat dalam dua minggu ke depan. Hasil final, ya," kata Dadan.
Saat ini, didapat hasil dari test yang sudah berjalan, mobil dapat beroperasi dengan normal dan mulus seperti menggunakan bahan bakar solar biasa terbukti tidak terjadi mobil mogok dan juga tidak terjadi blocking di filter bagian utama hal ini berbeda dengan test sebelumnya.
"Jadi ini kita mau tau sebetulnya dia habisnya kapan. Jadi itu di angka 22.000 km atau 23.000 km gitu. Jadi ini sudah terbukti tidak ada blocking. Kemudian, dari sisi apakah dia tahan dingin, kita udah tes di dieng,” tuturnya.
Selain persiapan teknis di mesin kendaraan untuk bisa diterapkan sebagai bahan bakar B40, pemerintah juga akan memastikan ketersediaan infrastruktur dari Pertamina dan badan usaha lain terkait fasilitas blendingnya mencukupi kebutuhan atau tidak.
"Sekarang kan, semuanya didesain di B30, sekarang kan B40 pipanya juga nanti butuh pompa. Ya, nambahnya kan 10 persen. Nambah 10 persen kalau dari biodiesel kan, nambahnya 25 persen sebetulnya. Kan 30 ke 40, 25 persen sebetulnya," tutur Dadan.
Dadan menjelaskan mengenai ketercukupan pasokan BBN untuk B40.
"Kita ini sekarang 16,3 juta kiloliter (kl), kalau B40 perlunya 15 juta klsekian. Jadi secara itu masih ada, tapi ini biasanya pabrik itu berjalan di angka 80-85 persen. Tidak usah khawatir, kita akan masuk dua pabrik baru di awal tahun depan," kata Dadan.