Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Gelap, Bahlil: Tidak Ada Orang yang Bisa Ramal Ekonomi Dunia

Jika dibandingkan dengan negara-negara G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang terbaik yakni masih di 5,44 persen pada kuartal II/2022.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam acara Pemberian Nomor Induk Berusaha (NIB) Pelaku UMKM di Graha Jalapuspita, Jakarta, Kamis (20/10/2022)./Binsis-Ni Luh Anggela
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam acara Pemberian Nomor Induk Berusaha (NIB) Pelaku UMKM di Graha Jalapuspita, Jakarta, Kamis (20/10/2022)./Binsis-Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian global saat ini diliputi kegelapan, yang dipicu oleh adanya perang dagang AS dan China, konflik di Ukraina, hingga pandemi Covid-19.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia bahkan mengatakan, tidak ada satu orang pun yang dapat meramal kondisi ekonomi dunia ke depannya.

“Karena ekonomi ini gelap, tidak ada satu orang pun yang bisa ramal ekonomi dunia,” kata Bahlil dalam acara Pemberian Nomor Induk Berusaha (NIB) Pelaku UMKM di Graha Jalapuspita, Jakarta, Kamis (20/10/2022).

Kendati demikian, dia menyampaikan bahwa Indonesia patut berbangga. Sebab, jika dibandingkan dengan negara-negara G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang terbaik yakni masih di 5,44 persen pada kuartal II/2022. Inflasi Indonesia tergolong rendah dibandingkan negara G20 lainnya, yakni di bawah 6 persen.

“Saya yakin yang melakukan ini adalah UMKM,” ujarnya.

Selain itu, dia menilai Indonesia kedepannya punya secercah harapan. Jika pada 1998 Indonesia merupakan pasien Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), kini Indonesia bersyukur lantaran tidak masuk dalam daftar pasien IMF.

Bahlil mengungkapkan, saat ini sudah ada 16 negara yang menjadi pasien IMF dan 28 negara lainnya tengah mengantri untuk menjadi pasien IMF.

Namun, dia tetap meminta semua orang untuk berhati-hati agar tidak menjadi bagian dari pasien IMF, terutama pada 2023-2024 mendatang.

Menurut dia, agar tetap bertahan ditengah kondisi global yang tak menentu, Indonesia perlu menjaga stabilitas politik dan hukum. 

“Jangan terlalu baku fitnah kiri kanan. Jangan terlalu WA dengan data yang tidak jelas,” tegasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper