Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah terus berupaya untuk mendorong investasi terintegrasi untuk pengembangan hulu hingga industri hilir dari komoditas mineral dan logam.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, program hilirisasi komoditas mineral dan logam tak cukup hanya sampai dengan pengolahan barang setengah jadi. Dia mencontohkan, pemerintah tengah mendorong pengembangan industri baterai kendaraan listrik untuk menyerap hasil olahan nikel.
"Nikel sekarang tidak cukup kita melakukan hilirisasi setengah jadi, kita buat hilirisasinya 70-80 persen. Bagaimana kita kembangkan, kita kembangkan kepada baterai," kata Bahlil saat acara Investor Daily Summit 2022 di Jakarta Convention Center, Rabu (12/10/2022).
Saat ini, perusahaan patungan antara PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution tengah membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat. Menurut Bahlil, investasi itu berhasil untuk memastikan pasokan nikel di hulu terserap hingga menjadi produk jadi berupa baterai kendaraan listrik.
“Investasi sebesar Rp142 triliun ini membentuk JV dengan BUMN mulai dari penambangan, smelter, prekursor, katoda sampai kerja sama dengan mobilnya Hyundai sudah terealisasi di Indonesia,” kata Bahlil.
Malahan, Bahlil mengatakan, pabrik baterai kendaraan listrik itu ditargetkan dapat mulai produksi atau commercial operation date (COD) tahun depan. Dengan demikian, dia memastikan investasi saat ini akan mampu menyerap potensi limpahan mineral dan logam hasil pemurnian smelter dalam negeri.
Baca Juga
“Di 2024 Januari kita sudah menghasilkan baterai sel mobil, smelter sudah ground breaking kerja sama dengan Antam,” tuturnya.
Sebelumnya, industri tambang nikel terpaksa langsung mengekspor olahan bijih nikel hasil pemurnian awal lantaran belum terciptanya industri perantara dan hilir yang kuat untuk menyerap komoditas setengah jadi tersebut. Konsekuensinya, nilai tambah olahan nikel dari sejumlah pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter justru lari ke luar negeri.
CEO Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus mengatakan, situasi itu terjadi lantaran belum siapnya industri anoda domestik untuk melanjutkan serapan turunan dari mix hydroxide precipitate (MHP) seperti nikel sulfat (NiSO4) dan Cobalt Sulfat (CoSO4).
“MHP kita masih ekspor karena kita belum olah di dalam negeri sampai ke sulfat ke packing menjadi sel, itu masih tahap satu setelah bijih nikel, karena siapa yang mau beli?” kata Alex saat ditemui di Jakarta Convention Center, Rabu (12/10/2022).
Dengan demikian, Alex menegaskan, nilai tambah dari kegiatan hilirisasi tambang nikel di Morowali sebagian besar justru terjadi di luar negeri. Dia meminta pemerintah untuk segera menggalakan pembangunan industri perantara hingga hilir untuk menyerap limpahan nikel hasil pemurnian tersebut.