Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pejabat The Fed Ini Ingin Bank Sentral Lebih Dovish Tahun Depan, Begini Alasannya

Presiden The Fed Bank of St. Louis James Bullard berharap bank sentral mengakhiri kebijakan kenaikan suku bunga agresif pada awal tahun depan.
Suasana gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner
Suasana gedung Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Mingg (10/4/2022). Bloomberg/ Tom Brenner

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Federal Reserve (The Fed) Bank of St. Louis James Bullard berharap bank sentral mengakhiri kebijakan kenaikan suku bunga agresif pada awal tahun depan dan beralih menjaga kebijakan suku bunga dengan sedikit penyesuaian saat inflasi menurun. 

"The Fed perlu berpikir mengenai tingkat (suku bunga) yang wajar, tujuannya adalah untuk pindah ke kebijakan yang terbatas guna mendorong inflasi turun. Tapi itu tidak berarti suku bunga dapat naik terus menerus," kata James seperti dikutip Bloomberg, Kamis (20/10/2022).

Menurutnya, inflasi dapat menurun jika Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) merealisasikan kenaikan kisaran suku bunga acuan menjadi 4,5 - 4,75 persen tahun depan. Saat ini, suku bunga acuan the Fed sebesar 3,25 persen.

Seperti diketahui, bank sentral diperkirakan menaikkan suku bunga 75 basis poin lagi pada awal November untuk menurunkan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam empat dekade.

Investor memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin lagi pada pertemuan bulan Desember dan akan mendekati level 5 persen tahun depan menyusul data inflasi yang mengecewakan pekan lalu.

Meskipun The Fed menerapkan kebijakan front loading dengan kenaikan suku bunga acuan yang agresif, James mengungkapkan dia berharap untuk beralih ke kebijakan yang lebih normal.

"Pada 2023 saya pikir kita akan lebih dekat ke titik di mana kita dapat menjalankan apa yang saya sebut kebijakan moneter biasa. Sekarang memang kebijakan sudah tepat dengan tujuan menekan inflasi, tetapi kita menyesuaikannya kembali pada tahun 2023.” Ungkapnya.

James menegaskan hasil pertemuan November kurang lebih telah diperhitungkan oleh pasar, meskipun dia lebih suka menunggu sampai pertemuan untuk memutuskan preferensi kenaikan lanjutan.

Adapun pada Desember, dia tidak ingin berprasangka meskipun mengulangi komentar dari beberapa hari yang lalu bahwa The Fed dapat mempercepat rencana pengetatan ke 2022 dari 2023, sekaligus membuka kemungkinan kenaikan 75 basis poin.

James sudah menjadi salah satu pejabat Fed yang paling hawkish tahun ini. Pada pertemuan kebijakan bulan Maret, dia tidak mendukung kenaikan suku bunga yang lebih besar. Jamesadalah orang pertama yang secara terbuka menyarankan kenaikan 75 basis poin, yang telah menjadi rutinitas tahun ini sebagai bagian dari perang inflasi.

Setelah target kenaikan suku bunga tercapai dan menekan inflasi, James menegaskan komite kebijakan dapat menghentikan kenaikan suku bunga atau melakukan penyesuaian kecil jika data ekonomi kurang mendukung.

"Bukannya tidak akan ada penyesuaian lebih lanjut, tetapi kenaikan akan lebih didasarkan pada data yang masuk dibandingkan dengan kami menargetkan kenaikan ke level tertentu," lanjutnya.

Berdasarkan laporan Departemen Tenaga Kerja pekan lalu, Inflasi inti AS, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, mencapai 6,6 persen pada September dibandingkan bulan yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), level tertinggi sejak 1982.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper