Bisnis.com, JAKARTA - Konsultan porperti Colliers Indonesia mengungkap badan usaha milik negara (BUMN) sektor energi dan tambang akan menjadi salah satu tenan yang menyerap gedung-gedung kantor di Jakarta.
Senior Research Colliers Indonesia Ferry Salanto menerangkan saat ini permintaan ruang kantor di Jakarta mengalami peningkatan secara bertahap. Dia melihat untuk sektor perkantoran kini berada di siklus property clock jam 7, di mana menunjukkan indikasi yang membaik.
"Selama Q3 permintaan ruang kantor meningkat tidak hanya dari lokal, namun juga perusahaan internasional di sektor logistik dan manufaktur. Lalu ada holding BUMN di sektor renewable energy," kata Ferry, dikutip pada Minggu (16/10/2022).
Adapun BUMN tersebut mulai aktif mencari gedung dengan konsep Net Zero Emission Regulation sebagai syarat utamanya.
Berdasarkan data Colliers Q3 2022, total pasokan kumulatif masih berada di angka 7,04 juta meter persegi untuk area CBD dan 3,69 juta meter persegi di luar CBD. Sementara tingkat hunian masih berada di bawah 80 persen.
"Artinya pengelola tetap harus memikirkan bagaimana gedung ini terjaga tingkat keterisiannya," tegas Ferry.
Menurutnya, untuk gedung-gedung yang masih awal beroperasi saat ini masih bisa menyesuaikan penawaran dan memberikan harga rental yang menarik.
Hal ini perlu dilakukan untuk dapat menghitung operating cost. Setelah itu pengelola dapat lebih ketat lagi menawarkan angka sewa. Adapun tarif sewa di CBD sebesar Rp234,342 per meter persegi dan di luar CBS sebesar Rp176,7611 per meter persegi.
"Ini harga penawaran, dari sini tentunya akan ada negosiasi nanti dilihat lagi dari besarnya kebutuhan dari satu tenan, atau seberapa signifikan tren dari tenan itu. jadi ini nanti akan menetukan saat negosiasi harga sewa," jelasnya.
Sebelumnya, melihat pandemi yang semakin terkendali, pemerintah akan terus melonggarkan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Hal ini dapat mendorong sejumlah perusahaan untuk meminta karyawan mereka untuk kembali ke kantor untuk bekerja.
Meski di sisi lain, pertumbuhan juga masih tertekan dengan sejumlah perusahaan masih menerapkan sistem kerja hybrid. Ruang kosong yang tersisa karena aktivitas perampingan belum terserap secara optimal.
"Memang ini masih memberikan tekanan besar pada pengelola yang perlu menyesuaikan diri dengan paket sewa yang fleksibel," ujarnya.
Lebih lanjut, Ferry menilai situasi saat ini kemungkinan akan segera berakhir dan. Untuk itu, ini merupakan waktu yang tepat untuk memperluas dan pindah dengan mengamankan ruang kantor terbaik, dari segi lokasi dan persyaratan sewa.