Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa terdapat jarak atau gap yang besar dalam pertemuan G20, di antaranya karena tensi geopolitik akibat perang Rusia dan Ukraina.
Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam konferensi pers The 4th Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting di Washington D.C, Amerika Serikat pada Kamis (13/10/2022) waktu AS. Pertemuan itu menjadi yang keempat dan terakhir di Presidensi G20 Indonesia.
Sri Mulyani menyebut bahwa tantangan dalam menjalin komunikasi terkait kebijakan makroekonomi dan keuangan negara-negara G20 sudah terlihat sejak pertemuan awal. Namun, sebagai presidensi, Indonesia tetap harus memainkan perannya dalam mendorong pembahasan kebijakan perekonomian di tengah krisis.
"Terlepas dari fakta bahwa kami menghadapi berbagai tantangan, perbedaan pandangan, terutama sejak awal terdapat gap yang sangat besar sehingga kami harus menciptakan jembatan yang efektif dengan presidensi kami," ujar Sri Mulyani pada Jumat (14/10/2022) dini hari waktu Jakarta.
Jarak yang terbentang lebar itu terjadi karena konflik geopolitik, terutama antara Rusia dan Ukraina. Konflik itu menyebabkan gangguan pasokan energi dan pangan, sehingga terjadi lonjakan harga dan sangat memengaruhi ekonomi global.
Sri Mulyani pun mengakui bahwa serangan Rusia ke Ukraina memperburuk kondisi ekonomi global, bahkan muncul ancaman resesi global. Oleh karena itu, pembahasan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral menjadi krusial.
Baca Juga
Dia menyatakan bahwa Indonesia memperoleh dukungan dari seluruh anggota G20 dan berbagai lembaga internasional untuk bisa menengahi pembicaraan terkait kondisi ekonomi global. G20 harus tetap mampu menghasilkan putusan yang dapat membantu dunia memulihkan kondisi ekonominya.
"Presidensi Indonesia mampu menjaga kesatuan dari G20 ini sebagai forum global utama untuk kebijakan ekonomi dan keuangan," kata Sri Mulyani.