Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, harga minyak mentah dunia kembali mengalami penguatan setelah ketegangan yang meningkat antara Rusia-Ukraina sepekan terakhir.
“Ketidakpastian tercermin dari volatilitas dari harga komoditas minyak mentah sudah naik lagi sekarang sudah dekat US$100 per barel,” kata Luhut saat membuka acara Investor Daily Summit 2022 di Jakarta Convention Center, Rabu (12/10/2022).
Akan tetapi, Luhut menggarisbawahi, gejolak harga itu tidak diikuti dengan sejumlah komoditas andalan ekspor Indonesia, seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan batu bara yang belakangan justru mengalami pelemahan.
“Harga komoditas yang menjadi andalan kita sudah mulai turun lagi ini harus kita cermati dengan baik kita kan bertumpu dari palm oil dan coal,” kata dia.
Di sisi lain, dia mengkhawatirkan, harga minyak mentah itu bisa berlanjut mengalami penguatan seiring dengan ancaman nuklir yang saat ini digaungkan Rusia. Malahan, kata Luhut, harga minyak mentah dunia dapat reli ke angka US$150 per barel hingga US$200 per barel apabila perang nuklir terjadi mendatang.
“Kalau nuklir terjadi bisa jadi harga minyak nambah ke US$150 hingga US$200 itu akan membuat dampak macam-macam seperti inflasi, ini yang perlu diwaspadai,” tuturnya.
Baca Juga
Harga minyak dunia terpantau fluktuatif di tengah kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi global yang bersaing dengan katalis dari pengetatan pasokan setelah OPEC+ pekan lalu mengumumkan pengurangan produksi.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 0,4 persen ke posisi US$90,89 per barel pada Selasa (11/10). Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Desember melemah 0,2 persen ke level US$95,98 per barel.
CEO JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon mengatakan perekonomian global dan Amerika Serikat kemungkinan akan mengalami resesi pada tahun depan. Sementara itu, laporan dari IMF dan World Bank mengindikasikan adanya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi.