Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Airlangga: Risiko Ekonomi Bisa Lebih Besar dari Krisis 1998

Gejolak ekonomi global yang terjadi saat ini bisa menimbulkan risiko yang lebih besar skalanya dari krisis ekonomi 1998.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan kepada media terkait peningkatan produsi kedelai nasional, Senin (19/9/2022). JIBI/Bisnis-Akbar Evandio
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan kepada media terkait peningkatan produsi kedelai nasional, Senin (19/9/2022). JIBI/Bisnis-Akbar Evandio

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa gejolak ekonomi global saat ini bisa menimbulkan risiko yang lebih besar skalanya dari krisis ekonomi 1998.

Hal tersebut disampaikan Airlangga dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta. Perkembangan ekonomi terkini menjadi salah satu pembahasan Presiden Joko Widodo bersama para menterinya.

Menurut Airlangga, Jokowi menyampaikan bahwa terdapat 28 negara yang akan memperoleh bantuan dari International Monetary Fund (IMF). Dari 28 negara, 14 di antaranya sudah masuk daftar penerima bantuan dan 14 lainnya masih dalam proses.

Bantuan diberikan karena terdapat negara yang ekonominya tertekan setelah pandemi Covid-19 serta saat ini ketika harga komoditas dan pangan melambung. Airlangga menjelaskan bahwa saat ini merupakan kondisi yang menantang.

“Ini magnitude-nya lebih besar dari krisis 1998, di mana itu di beberapa negara Asean,” ujar Airlangga pada Selasa (11/10/2022).

Menurutnya, Jokowi berpesan kepada para menteri untuk mengambil kebijakan secara hati hati. Jokowi bahkan menyebut secara gamblang agar Indonesia tidak mengambil kebijakan yang dapat berakhir seperti Inggris, di mana ekonominya malah semakin sulit.

Dalam kesempatan terpisah, Jokowi juga menyampaikan bahwa terdapat 66 negara yang berada pada posisi yang rentan untuk kolaps. Situasi global yang tidak mudah dan sulit diprediksi berakibat pada rentannya perekonomian sejumlah negara.

“Lembaga-lembaga internasional menyampaikan 66 negara berada pada posisi yang rentan untuk kolaps. Saat ini 345 juta orang di 82 negara menderita kekurangan akut dan kelaparan. Artinya ada krisis pangan,” ujar Jokowi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper