Bisnis.com, JAKARTA — Daya beli masyarakat mulai tertahan sebagai dampak dari laju inflasi yang meningkat tinggi. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2022 yang tercatat sebesar 117,2.
IKK tersebut lebih rendah dibandingkan 124,7 pada Agustus 2022, namun masih berada pada level optimis dan tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan IKK sebesar 95,5.
Keyakinan konsumen pada September 2022 yang tidak setinggi bulan sebelumnya ini terpantau pada seluruh kategori pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp4 juta dan Rp1 juta hingga Rp5 juta.
Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa pengaruh dari inflasi yang tinggi mulai berdampak pada minat masyarakat untuk berbelanja, terutama untuk barang sekunder dan tersier. Apalagi, kenaikan inflasi yang tinggi tidak dibarengi dengan kenaikan dari sisi upah.
“Masyarakat cenderung memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pokok termasuk bensin dan transportasi umum karena naiknya inflasi belum bisa dibarengi dengan penambahan dari sisi gaji atau upah,” katanya kepada Bisnis, (10/10/2022).
Sebagaimana diketahui, inflasi pada September 2022 tercatat sebesar 5,95 persen secara tahunan. Inflasi terutama bersumber dari peningkatan harga kelompok administered prices, yaitu kenaikan harga BBM.
Di samping itu, Bhima mengatakan faktor lainnya yang juga mempengaruhi adalah penyesuaian kenaikan suku bunga acuan ke suku bunga pinjaman sehingga konsumsi masyarakat mulai tertahan.
“Penyesuaian suku bunga acuan ke bunga pinjaman mempengaruhi belanja konsumsi, termasuk kredit pemilikan rumah maupun kredit kendaraan bermotor,” jelasnya.
Di sisi lain, dia mengatakan pemberian subsidi dirasakan bagi masyarakat miskin, yang sebelumnya telah menjadi bagian penerima beragam bansos, seperti PKH.
Namun demikian, kelompok masyarakat menengah yang terdampak kenaikan harga BBM belum menjadi penerima dana kompensasi tunai BBM. Oleh karena itu, dia memperkirakan daya beli masyarakat hingga akhir tahun tetap tumbuh, namun terbatas.
“Proyeksinya konsumsi rumah tangga berkisar 4,6 persen hingga 4,8 persen secara tahunan hingga akhir 2022,” jelasnya.