Bisnis.com, JAKARTA-Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai upaya pemerintah memberikan bantuan sosial atau bansos tidak akan mengompensasi efek dari kenaikan Bahan Bakar Minyak atau BBM.
Gejala itu tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) pada September 2022 hanya 117,1, turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 124,7. Hal itu dipertegas dengan jatuhnya tingkat konsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama kelas menengah dengan tingkat pengeluaran Rp4,1 juta-Rp5 juta per bulan.
Wakil Ketua Kadin Indonesia Shinta Widjaja Kamdani penurunan tersebut memang sudah dapat diprediksi sebelumnya. Dia meniali baik upaya pemerintah melalui bansos, tetapi mensyaratkan dua hal yakni ketepatan distribusi subsidi serta pengaruh terhadap inflasi.
“Saat ini yang bisa diamati hanya di sisi inflasi, tetapi untuk ketepatan distribusi bansos kita belum tahu karena masih dalam proses distribusi awal. Dalam proyeksi kami kemungkinan besar bansos tidak akan mengkompensasi semua efek peningkatan beban daya beli masyarakat karena kenaikan harga BBM,” ujar Shinta kepada Bisnis, Senin (10/10/2022).
Dia menyatakan kenaikan harga BBM menciptakan efek kenaikan harga bukan hanya untuk transportasi/mobilitas, tetapi juga komponen beban hidup lain, termasuk pangan dan utilitas.
“Jadi tidak mudah dikompensasi sepenuhnya, hanya bisa meringankan beban masyarakat dan masyarakat kemungkinan besar masih akan perlu melakukan penghematan konsumsi,” ucap Shinta.
Baca Juga
Lebih lanjut, CEO Sintesa Group itu menyampaikan untuk sektor usaha pengolahan tidak ada yang mengindikasikan indikator penguatan indeks konsumen. Pasalnya, karena indeks konsumen diambil dari persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi masing-masing pada saat ini dan di masa mendatang.
“Namun, kalau dikorelasikan dengan daya beli masyarakat, umumnya yang menjadi indikator peningkatan daya beli pasar adalah kinerja industri-industri manufaktur denga output tersier seperti industri otomotif, industri produk elektronik, dll,” tutur Shinta.
Meski demikian, Kadin memproyeksikan pertumbuhan kinerja yang signifikan akan terjadi pada kuartal IV (Oktober-Desember 2022).
“Khususnya karena kontribusi double driver dalam bentuk momentum Presidensi G20 dan momentum konsumsi akhir tahun yang keduanya sangat potensial menggerakkan kinerja ekonomi, khususnya di sektor-sektor yang selama ini belum memiliki kinerja maksimal seperti sektor pariwisata dan perjalanan,” ungkap Shinta.