Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani dekrit untuk mendirikan operator baru untuk proyek minyak dan gas Sakhalin-1, mengikuti langkah serupa untuk merebut proyek minyak dan gas atau migas lainnya dengan partisipasi asing. Adapun dekrit tersebut diterbitkan pada Jumat (7/10/2022).
Exxon Mobil, dengan 30 persen saham, merupakan operator Sakhalin-1, sebuah pengembangan di timur Rusia.
Perusahaan migas yang berkantor pusat di AS tersebut telah berusaha untuk keluar dari Rusia sejak Maret, beberapa hari setelah invasi Moskow ke Ukraina. Exxon menolak mengomentari keputusan Putin pada Jumat lalu.
Melansir Nikkei Asia, Sabtu (8/10/2022) pada April lalu, Exxon mengambil impairment charge atau biaya penurunan nilai sebesar US$4,6 miliar atau setara Rp70,34 triliun lantaran meninggalkan operasi Sakhalin-1 terbuka untuk pengambilalihan dari mitra. Mereka juga melanjutkan untuk mengurangi volume produksi migas, serta memindahkan personel dari negara itu.
Kemudian pada Agustus, Putin mengeluarkan Keputusan Presiden 520 yang menurut Exxon menghambat perusahaan untuk menutup pintu keluar dengan aman. Produsen kemudian mengeskalasi perselisihan tersebut dan mengeluarkan nota selisih yang pada akhirnya dapat berujung pada proses arbitrase.
Kepala operasi hulu Exxon pada Selasa lalu mengatakan, pihaknya masih bekerja dengan mitranya saat keluar.
Baca Juga
“Pengalihan operasi ke mitra akan menjadi hasil positif bagi Exxon,” ujarnya.
Perusahaan Rusia Rosneft adalah mitra dalam proyek tersebut bersama dengan ONGC Videsh, cabang investasi luar negeri ONGC India, dan SODECO Jepang.
Keputusan tersebut menyebutkan bahwa pemerintah Rusia tengah mendirikan perseroan terbatas baru, yang akan memiliki hak investor, termasuk hak operator Exxon Neftegaz.
Disebutkan bahwa mitra asing harus mengajukan permohonan kepada pemerintah dalam waktu satu bulan setelah perusahaan baru didirikan, untuk memberitahukan persetujuan mereka untuk mengambil saham di entitas baru sesuai dengan saham mereka di perusahaan sebelumnya.
Adapun anak perusahaan Rosneft, Sakhalinmorneftegaz-Shelf, ditunjuk sebagai manajer perusahaan baru.
Produksi minyak di proyek Sakhalin-1 turun menjadi hanya 10.000 barel per hari dari 220.000 barel per hari setelah Barat menjatuhkan sanksi kepada Moskow, akibat invasi yang dilakukan ke Ukraina.
Putin juga menandatangani dekrit pada Juli lalu untuk merebut kendali penuh atas Sakhalin-2, proyek gas dan minyak lain di Timur Rusia yang dibuat berdasarkan perjanjian pembagian produksi yang ditandatangani pada 1990-an.