Bisnis.com, JAKARTA--Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) menuding saat ini marak beras selundupan dari Vietnam yang masuk Indonesia. Pemerintah disebut membiarkan penyelundupan tersebut lantaran stok beras nasional tengah menipis.
Wakil Ketua Perpadi Billy Haryanto mengatakan, beras selundupan dari Vietnam tersebut sekali bongkar di Pelabuhan Roro Kuala Tungkal bisa mencapai 3.000 ton. Billy membeberkan beras-beras tersebut per hari bisa masuk Pasar Induk Cipinang sebanyak 500 ton.
“Saya sudah blak-blakan dan boleh dicek di gudang-gudang Batam dan sekitar penuh beras selundupan,” ujar Billy kepada Bisnis, Rabu (5/10/2022).
Dia mengatakan, beras-beras selundupan tersebut telah dikemas ulang seolah-olah berasal dari beras lokal. Terkait hal ini, Billy mengatakan pihak Kementerian Pertanian dan Bea Cukai sudah mengetahui. Namun, mereka membiarkan karena justru menguntungkan di tengah cadangan beras Indonesia yang menipis.
Badan Pangan Nasional atau NFA mendata cadangan beras pemerintah atau CBP saat ini hanya mencapai 861.966 ton, lebih rendah dari kondisi normal sebanyak 1,2 juta ton - 1,5 juta ton.
“1.000 persen tahu. Coba kalau selundupan disetop enggak bakal cukup. Makanya dibiarin. Kan enggak ngerugiin,” ujar Billy.
Baca Juga
Menurut Billy, harga beras selundupan dari Vietnam tersebut harga asalnya sebesar Rp2.000 per liter. Selain dari Vietnam, beras India pun kerap masuk Indonesia. Namun, kata Billy, sudah sebulan India melarang mengekspor berasnya keluar karena untuk memenuhi stok di dalam negerinya sendiri.
Adapun, pasokan beras dari Perum Bulog dalam 3 bulan terakhir terus mengalami penurunan, tercatat per 3 Oktober 2022 berada di posisi 798.013 ton. Dalam laporan Perkembangan Harga, Inflasi, dan Stok Indikatif Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, pasokan beras pada Agustus 2022 di angka 1,05 juta ton dengan ketahanan 13,4 bulan.
Sementara pada September 2022, mencapai 861.966 ton dengan ketahanan 10,8 bulan. Bila menarik angka dari Agustus 2022, artinya pasokan telah menyusut 248.224 ton.
Seiring berkurangnya pasokan beras, harga komoditas tersebut terkerek naik yang diakibatkan beberapa faktor seperti adanya bansos, hingga naiknya harga gabah.
Pada awal pekan pertama Oktober ini, harga beras di tingkat eceran nasional naik 2,86 persen dari bulan lalu untuk medium menjadi Rp10.800/kg, sementara untuk premium naik 1,59 persen menjadi Rp12.800/kg. Kenaikan harga beras berdampak pada andil inflasi di Agustus 2022 sebesar 0,02 persen, sementara andil inflasi pada September 2022 mencapai 0,04 persen.
“Selain itu, saat ini mulai memasuki musim panen gadu di mana produksi petani lebih sedikit dibandingkan musim panen raya. Namun, kualitas gabah lebih baik sehingga harga gabah atau beras di petani mengalami kenaikan,” tulis laporan tersebut.