Bisnis.com, JAKARTA - Indonesian National Shipowner's Association (INSA) menilai keberhasilan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai Transhipment Port bergantung kepada fasilitas dan kemudahan yang bisa diberikan kepada para eksportir dan importir.
Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto menjelaskan yang dimaksud dengan transhipment port adalah hubport. Artinya pelabuhan untuk transhipment muatan yang tujuan akhirnya bukan pelabuhan tersebut.
Dia menuturkan, sebagai internasional transhipment, pelabuhan tersebut akan melayani berbagai pelabuhan negara sekitar seperti Singapura. Sementara itu, sebagai national gateway, pelabuhan tersebut melayani pintu masuk atau keluar barang impor dan ekspor Indonesia.
Carmelita mengungkapkan menarik tidaknya pelabuhan transhipment, bergantung pada arus barangnya. Hal ini menyesuaikan dengan paradigma pelayaran yakni ship follow the trade. Dengan demikian akan sangat bergantung kepada fasilitas dan kemudahan yang bisa diberikan Kuala Tanjung kepada para eksportir dan importir.
"Kalau kami di pelayaran menyesuaikan saja. Ada arus barang, maka kami akan call ke sana," kata Carmelita, Rabu (28/9/2022).
Dia mengatakan untuk menjadikan Kuala Tanjung pelabuhan international transhipment, diperlukan main line operator atau MLO yang membawa kargo-kargo internasional dan container yard yang luas, kedalaman yang cukup, sarana dan prasarana yang mumpuni, digitalisasi manajemen, dan kompetitif terhadap hub port dengan negara sekitar seperti Singapore dan Tanjung Pelepas.
"Kalau bisa menjadi transhipment port, sudah barang tentu adalah jumlah kapal yang melakukan call lebih banyak dibandingkan dengan pelabuhan biasa," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono menyebut upaya pengembangan transhipment port merupakan obsesinya setelah Pelindo I-IV resmi bergabung menjadi satu. Diharapkan, adanya transhipment port bisa ikut memacu produktivitas pelabuhan.
"Setelah merger ini, obsesi saya adalah bagaimana kita memasuki battle untuk transhipment," ujarnya pada wawancara bersama Tim Bisnis Indonesia.
Arif mengklaim bahwa sudah ada sejumlah perusahaan pelayaran (shipping line) yang tertarik untuk bergabung dalam mengembangkan transhipment port di Indonesia.
Kendati demikian, dia belum mau mengungkap perusahaan pelayaran mana saja yang sudah menyatakan minatnya untuk bergabung.
"Sudah [ada perusahaan yang mendekati]. Tapi masih saya close lah," ujar Arif.
Dalam tinjauannya pada akhir pekan lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mendorong produktivitas Pelabuhan Kuala Tanjung agar dapat melayani secara optimal distribusi logistik di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, di Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara.
Menhub mengungkapkan, dalam dua tahun ke depan akan dibangun sebanyak 10 pabrik di KEK Sei Mangkei, yang diharapkan akan semakin meningkatkan produktivitas Pelabuhan Kuala Tanjung. Untuk itu, Menhub meminta pengelola Pelabuhan Kuala Tanjung bersiap meningkatkan pelayanan kepelabuhanan.
“Sei Mangkei dan Kuala Tanjung saling melengkapi. Jika produktivitas Sei Mangkei meningkat maka produktivitas pelabuhan pun juga akan bertambah,” ucapnya.
Untuk semakin meningkatkan kelancaran distribusi logistik dari Pelabuhan Kuala Tanjung ke KEK Sei Mangkei maupun sebaliknya, Menhub mengatakan, pada bulan depan ditargetkan angkutan kereta api sudah beroperasi.
“Menggunakan kereta api akan lebih efisien dan cepat dibandingkan lewat jalur darat yang lebih padat. Dengan kereta api dari Kuala Tanjung ke Sei Mangkei tidak lebih dari 30 menit.” tuturnya.
Lebih lanjut Menhub menjelaskan, bersama Menteri Investasi akan mengundang sejumlah stakeholder untuk menyampaikan rencana kerja Pelabuhan Kuala Tanjung dan KEK Sei Mangkei pada tahun 2023 dengan capaian produktivitas yang meningkat.
Menhub menyebut wilayah Sumut adalah daerah yang memiliki banyak potensi, terutama CPO dan Kelapa Sawit. Inalum juga dikabarkan akan melakukan investasi di wilayah tersebut. Dengan sinergi Pelindo dan Inalum ini diharapkan dapat semakin menggeliatkan produktivitas Pelabuhan Kuala Tanjung.