Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan suku bunga acuan (BI-7 Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) yang lebih agresif dari perkiraan sebelumnya diperkirakan belum berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa kenaikan suku bunga acuan sebagai respons tingginya inflasi akan mempengaruhi kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi.
Hal ini kata dia akan berpotensi menurunkan laju pertumbuhan ekonomi ke depan. Namun demikian, dampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi cenderung lebih terbatas untuk tahun ini.
“Dampaknya pada pertumbuhan ekonomi tahun 2022 cenderung terbatas karena mengingat transmisi suku bunga memerlukan waktu penyesuaian setidaknya 2 hingga 3 kuartal,” katanya kepada Bisnis, Minggu (25/9/2022).
Josua mengatakan, dampak dari kenaikan suku bunga acuan terhadap laju pertumbuhan ekonomi baru akan terlihat pada tahun depan.
“Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi tahun 2022 diperkirakan cukup solid di level 5 persen, sementara pertumbuhan ekonomi tahun 2023 diperkirakan melambat di bawah level 5 persen,” jelasnya.
Baca Juga
Pada Rapat Dewan Gubernur September 2022, BI mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin ke level 4,25 persen.
Keputusan tersebut sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk merespons lonjakan inflasi yang dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM.
Di samping itu, kenaikan suku bunga acuan juga ditujukan untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi dan normalisasi suku bunga acuan the Fed di tahun ini yang lebih agresif dari perkiraan sebelumnya.
BI optimistis, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diperkirakan bias ke atas dalam kisaran proyeksi 4,5 persen hingga 5,3 persen.
Perbaikan ekonomi domestik diperkirakan terus berlanjut ke depan, tercermin dari perkembangan beberapa indikator dini pada Agustus 2022 dan hasil survei BI terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan PMI Manufaktur yang terus membaik.
“Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diperkirakan tetap baik, khususnya CPO, batu bara, serta besi dan baja seiring dengan permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (22/9/2022).