Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Heboh! Isu Penurunan Kualitas Pertalite Bikin Boros, Ini Respons Pertamina

PT Pertamina Patra Niaga menanggapi isu yang beredar di media sosial terkait penurunan kualitas bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite.
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina Patra Niaga menanggapi isu yang beredar di media sosial terkait penurunan kualitas bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite yang disebut-sebut menguap lebih cepat dan boros usai adanya kenaikan harga.

Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menegaskan produk BBM Pertamina jenis Pertalite (RON 90) tidak mengalami perubahan spesifikasi.

Dia pun menjelaskan standar dan mutu BBM Pertalite yang dipasarkan melalui lembaga penyalur resmi di Indonesia sesuai dengan Keputusan Dirjen Migas Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 90 Yang Dipasarkan Di Dalam Negeri.

Batasan dalam spesifikasi Dirjen Migas yang menunjukkan tingkat penguapan pada suhu kamar diantaranya adalah parameter Reid Vapour Pressure (RVP).

"Saat ini hasil uji RVP dari Pertalite yang disalurkan dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina masih dalam batasan yang diijinkan, yaitu dalam rentang 45-69 kPa (Kilopascal)," kata Irto kepada Bisnis, Rabu (21/9/2022).

Dia menambahkan penguapan dapat berubah lebih cepat jika temperatur penyimpanan meningkat. Secara spesifikasi, batasan maksimum untuk penguapan (atau yang biasa dikenal dengan istilah destilasi) Pertalite adalah 10 persen, dibatasi maksimal 74 derajat Celcius.

"Secara umum produk Pertalite ada di suhu 50 derajat Celcius. Artinya, pada saat temperatur 50 derajat Celcius, Pertalite sudah bisa menguap hingga 10 persen. Semakin tinggi temperatur, maka akan semakin tinggi tingkat penguapannya," jelasnya.

Irto pun menegaskan melalui lembaga penyalur resmi (SPBU dan Pertashop), Pertamina berkomitmen untuk menyalurkan produk-produk BBM berkualitas sesuai dengan spesifikasi. Melalui kualitas kontrol, produk yang tidak sesuai spesifikasi tidak akan disalurkan ke lembaga penyalur.

"Pertamina mengimbau agar konsumen melakukan pembelian BBM di lembaga penyalur resmi, seperti SPBU dan Pertashop, agar produk BBM yang didapatkan terjamin kualitas dan keamanannya," ujarnya.

Sebelumnya, di media sosial ramai keluhan sejumlah warganet terkait pemakaian BBM Pertalite yang cepat habis. Salah satu pengguna akun Facebook menceritakan pengalamannya dalam pengisian Pertalite. Dia menjelaskan biasanya mobil yaitu Suzuki Ertiga GX tahun 2014, memakai BBM Pertalite dengan kapasitas 45 Liter biasanya pemakaian mencapai seminggu atau lebih.

"Kok cuman 4 hari ya dengan pemakaian yang sama dan yang anehnya waktu di parkiran jarum masih di paling atas lok seharian dijemur jadi jam bensin di tengah," ujar salah seorang warganet di Facebook.

Bukan hanya pengguna mobil, salah seorang warganet yang mengaku sebagai pengguna motor juga mengatakan biasanya pemakaian Honda Vario 150 berada di angka 50-51 Km per liter. Adapun baru-baru ini ternyata sudah turun di 47.8 Km per liter.

Dia juga menegaskan hal tersebut dengan rata-rata setelah menempuh 400 KM dan sebelum penaikan BBM Pertalite. Ketika coba mereset trip A dan mencoba menjalan motornya, pemakaian menjadi turun 28.2 Km per liter.

"Parah, pantesan baru isi full kemarin sisa satu strip," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper