Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Evergrande Bangkit! Banting Stir dari Properti ke Mobil Listrik

Evergrande Group mengalihkan bisnis real estate nya ke usaha mobil listrik untuk melunasi kewajiban utang senilai US$300 miliar.
Logo perusahaan China Evergrande di kantor mereka di Hong Kong pada 26 Maret 2018./Reuters/Bobby Yip
Logo perusahaan China Evergrande di kantor mereka di Hong Kong pada 26 Maret 2018./Reuters/Bobby Yip

Bisnis.com, JAKARTA -- Pengembang properti terbesar di China, Evergrande Group secara resmi mengalihkan bisnis utamanya di bidang properti dan real estate ke bisnis produksi kendaraan listrik berbasis baterai atau electronic vehicle (EV).

Dikutip dari Channel News Asia, Minggu (18/9/2022) produksi model Hengchi 5 telah dimulai sejak Jumat, (16/9/2022) di sebuah pabrik di kota utara Tianjin.

Sebelumnya, Evergrande telah meluncurkan mobil listrik pertamanya tahun lalu lewat China Evergrande Energy Vehicle Group Ltd dan pengiriman akan dimulai pada Oktober 2022 mendatang.

Evergrande akan mulai memproduksi kembali model EV secara massal massal pada paruh pertama tahun 2023 dan tahap ketiga pada paruh kedua tahun depan.

CEO Evergrande Hui Ka Yan bertekad untuk mengalihkan bisnis utamanya ke ranah usaha mobil. Pihaknya akan membuat 1 juta kendaraan hingga tahun 2025 mendatang.

Sementara itu, penjualan unit EV ini menjadi kunci bagi Evergrande untuk melunasi kewajiban utang perusahaan senilai US300 miliar atau Rp4.235 triliun.

Adapun, kendaraan sport-utility Hengchi 5 sudah bisa dipesan dengan sistem pre-order tidak mengikat dengan harga mulai US$25,3 juta atau Rp379 miliar. Pemesanannya telah dibuka sejak Juli 2022 setelah Evergrande sempat menunda produksi dari Juni.

Diberitakan sebelumnya, pengembang properti paling berhutang di dunia itu melakukan pemaparan rencana restrukturisasi terhadap perseroan. Namun, pemaparan tersebut justru semakin menuai kritik dari investor hingga membuat saham emiten anjlok.

Evergrande dianggap gagal untuk mengungkap restrukturisasi yang telah lama dijanjikan. Pemaparan terkait utang luar negeri dalam keterbukaan pada otoritas China itu dinilai berbeda dari apa yang dijanjikan.

Hal ini juga mengecewakan investor yang telah menunggu dengan harapan proposal tersebut akan memberikan kejelasan tentang perpanjangan utang dan penjualan aset.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper