Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat inflasi hingga pekan ketiga September mencapai 1,09 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
“Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III September 2022, perkembangan inflasi sampai dengan minggu ketiga diperkirakan inflasi sebesar 1,09 persen mtm,” kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Jumat (16/9/2022).
Erwin menjelaskan, komoditas utama penyumbang inflasi September 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu bensin sebesar 0,91 persen mtm dan angkutan dalam kota sebesar 0,04 persen mtm.
Di samping itu, komoditas yang juga menyumbang inflasi adalah angkutan antar kota, telur ayam ras, dan beras masing-masing sebesar 0,02 persen mtm, serta rokok kretek filter dan bahan bakar rumah tangga masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.
Sementara itu, sejumlah komoditas mencatatkan deflasi pada periode minggu ketiga September, yaitu bawang merah sebesar -0,05 persem mtm, minyak goreng dan cabai merah masing-masing sebesar -0,03 persen mtm.
Komoditas cabai rawit, daging ayam ras, dan emas perhiasan masing-masing sebesar pun mencatatkan deflasi, sebesar -0,02 persen mtm, serta tarif angkutan udara deflasi sebesar -0,01 persen mtm.
Baca Juga
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa kenaikan harga BBM diperkirakan akan mengerek inflasi pada kisaran 1,6 persen hingga 2 persen.
Kenaikan inflasi tersebut pun, imbuhnya, akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Namun demikian, dia optimistis perekonomian Indonesia dapat tetap tumbuh tinggi hingga akhir tahun.
“Kita harus siap-siap angka inflasi akan sedikit lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi. Karena itu, yang bisa kita kontrol harus kita kontrol, yaitu inflasi komponen harga yang diatur pemerintah dan pangan, terutama dengan kerja sama antar daerah,” jelasnya.
Adapun, inflasi pada Agustus 2022 tercatat sebesar 4,69 persen secara tahunan, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 4,94 persen.