Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor chip semikonduktor utama Korea Selatan turun paling tajam sejak 2019, mencerminkan penurunan permintaan teknologi yang semakin dalam di pusat pertumbuhan ekonomi global tersebut.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (16/9/2022), data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan Korsel menunjukkan bahwa pengiriman Dynamic Random Access Memory (DRAM) turun 24,7 persen (year-on-year/yoy) pada Agustus, dibandingkan dengan penurunan 7 persen pada bulan sebelumnya.
DRAM, yang menyumbang hampir setengah dari ekspor chip memori Korsel, bekerja beriringan dengan prosesor dan jenis semikonduktor lainnya untuk menyimpan dan memproses informasi di berbagai perangkat elektronik.
Dua perusahaan semikonduktor terbesar Korsel, Samsung Electronics Co. dan SK Hynix Inc, enguasai sekitar dua pertiga pasar memori dunia. Namun, pendapatan keduanya anjlok pada 2019 ketika industri chip memori memasuki siklus penurunan.
Data lain dari Kemendag Korsel juga menunjukkan ekspor teknologi Korea Selatan, yang mendominasi sepertiga dari semua ekspor, turun pada 4,6 persen pada Agustus.
Menurut Kemendag, permintaan konsumen yang rendah mengakibatkan ekspor elektronik Korea Selatan melandai. “Pengiriman smartphone, layar, dan komputer semuanya turun karena permintaan konsumen yang lebih rendah,” katanya, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (16/9/2022).
Baca Juga
Semakin banyak indikator menunjukkan bahwa industri chip dunia sedang melemah setelah bertahun-tahun mengalami lonjakan permintaan saat pandemi Covid-19 untuk perangkat elektronik, seperti laptop dan tablet. Pengetatan tajam kebijakan moneter oleh bank-bank sentral dunia untuk menjaga inflasi juga menambah kekhawatiran resesi.
Asosiasi Industri Semikonduktor yang berbasis di Amerika Serikat (AS) mengumumkan awal bulan ini bahwa penjualan semikonduktor global meningkat 7,3 persen yoy di bulan Juli. Namun secara terpisah, lead time semikonduktor turun pada Agustus, berdasarkan laporan Susquehanna Financial Group.
Perlambatan ekonomi di China dengan pemerintah memberlakukan kontrol Covid-19 yang ketat juga menjadi alasan lain penurunan bagi sektor ini. Kementerian mengatakan ekspor teknologi ke China turun 14,4 persen pada Agustus.
Total ekspor Korea Selatan tumbuh satu digit untuk bulan ketiga berturut-turut bulan lalu, tetapi defisit perdagangan mencapai rekor tertinggi karena won yang lebih lemah dan biaya energi yang lebih tinggi. Hal ini membuat Korea Selatan semakin bergantung pada impor peralatan berteknologi tinggi.
Menteri perdagangan Korsel Ahn Deok-geun mengungkapkan bahwa depresiasi won lebih berpengaruh negatif daripada positif untuk perdagangan.