Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasfrif mengatakan pemerintah belum membeli minyak mentah dari Rusia lantaran pasokan yang juga terbatas dari negara tersebut.
Arifin menuturkan pasokan minyak mentah dari Rusia belakangan malah makin ketat akibat permintaan yang tinggi dari sejumlah negara termasuk trader yang ikut mengerek pembelian saat ini.
“Belum ada yang kebeli karena barangnya belum ada, kalau ada minyak murah dari mana saja ya dibeli dong,” kata Arifin saat ditemui di Kompleks Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (16/9/2022).
Menurut Arifin, permintaan negara dan trader yang tinggi itu belakangan mengoreksi pasokan yang tersedia dari Rusia. Dengan demikian, dia mengatakan, pemerintah belum kunjung merealisasikan rencana pembelian minyak dari negara tersebut.
Kendati demikian, dia mengakui, pemerintah turut memperhitungkan potensi sanksi yang diberikan oleh negara-negara blok barat. Hanya saja, dia menegaskan, pemerintah condong untuk tetap membeli minyak mentah dengan harga murah yang ditawarkan Rusia.
“Wah ada sanksi, itu yang harus diperhatikan juga tapi belum ada barangnya, kalau ada barang murah dibeli mana saja kan,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertimbangkan bergabung dengan India dan China untuk membeli minyak Rusia untuk mengimbangi meningkatnya tekanan dari tingginya harga minyak dunia.
"Semua opsi selalu kami pantau. Jika ada negara (dan) mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja," kata Jokowi dalam wawancara dengan Financial Times, ketika ditanya apakah Indonesia akan membeli minyak dari Rusia, Senin (12/9/2022).
Di sisi lain, harga minyak mentah dunia kembali terkoreksi setelah menguat selama tiga hari beruntun di tengah kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan global dan pelemahan nilai tukar dolar AS.
Berdasarkan laporan Bloomberg pada Selasa (13/9/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) terpantau turun 1 persen ke level US$86,90 per barel setelah reli 7 persen selama 3 sesi perdagangan terakhir. Kenaikan harga yang terjadi sebelumnya ditopang oleh koreksi nilai tukar dolar AS.
Harga minyak dunia terkoreksi ke level terendahnya sejak Januari 2022 pada awal bulan ini seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap konsumsi global, termasuk China yang memberlakukan pembatasan mobilitas untuk mencegah penyebaran virus corona.
Analis Morgan Stanley Martijn Rats dalam laporannya menyebutkan reli harga minyak berkelanjutan belum akan terjadi dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi di sejumlah kawasan yang mengindikasikan adanya penurunan konsumsi energi.
“Pelemahan ini juga mulai terlihat pada data–data terkait khusus untuk minyak. China menjadi salah satu kontributor utama sentimen ini,” ujar Martijn.