Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga komoditas unggulan ekspor Indonesia di pasar global menunjukkan tren penurunan. Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan biji besi turun tajam dan menjadi sinyal berakhirnya windfall harga komoditas.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan harga CPO pada Agustus 2022 mengalami penurunan yang sangat tajam bila dibandingkan dengan Agustus tahun lalu, dari US$1.142 per metrik ton menjadi US$1.026 per metrik ton.
“Kalau kami bandingkan dengan bulan yang sama, harga-harga untuk Agustus 2022 ini lebih rendah dari Agustus tahun lalu. Misal minyak kelapa sawit lebih rendah sebesar 10,15 persen, biji besi lebih rendah 32,87 persen,” paparnya dalam Rilis Berita Statistik, Kamis (15/9/2022).
Sementara komoditas unggulan biji besi turun paling tajam dari US$162,2/dmtu menjadi US$108,9/dmtu.
Lebih lanjut, Setianto menjelaskan komoditas unggulan lain yang mengalami penurunan yaitu nikel dan minyak mentah. Meski terpantau mengalami penurunan, harga Nikel pada Agustus 2022 masih lebih tinggi, yaitu US$22,1 per metrik ton, dari pada Agustus 2021, yaitu US$19,1 per metrik ton, atau lebih tinggi 15,23 persen (yoy).
Minyak mentah secara month to month (mtm) turun 8,67 persen, tetapi secara kalender tahunan masih menunjukkan peningkatan hingga 39,36 persen.
“Untuk komoditas unggulan lainnya seperti batu bara masih menunjukkan tren peningkatan di mana dibandingkan dengan tahun lalu batu baru lebih tinggi 110,30 persen,” lanjut Setianto.
Demikian juga dengan gas alam, Setianto menyebutkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir masih menunjukkan tren peningkatan bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu, yaitu naik 117 persen.
Adapun secara umum, nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2022 tercatat US$27,91 miliar atau naik 9,17 persen dibanding bulan Juli 2022 (mtm). Bila dibandingkan Agustus 2021 (yoy), ekspor Indonesia pada Agustus 2022 naik 30,15 persen dari sebelumnya US$21,44 miliar.