Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja keuangan PT Angkasa Pura I (persero) atau AP I mulai pulih seiring dengan adanya peningkatan pergerakan jumlah penumpang pada Juli 2022 kendati memang belum meraup laba operasi.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi memproyeksikan tren positif tersebut bakal berlanjut hingga penghujung akhir tahun ini. Faik melihat banyak peluang untuk memulihkan kinerja dari bangkitnya pergerakan penerbangan yang terus meningkat signifikan.
Pada awal September 2022 ini, Bandara AP I telah melayani sebanyak 33 juta penumpang. Realisasi pergerakan tersebut lebih tinggi jauh dibandingkan dan menembus angka tertingginya pasca pandemi.
Pada 2018, AP I melayani sebanyak 95,6 juta penumpang setahun, lalu pada 2019 jumlah penumpang mencapai 82 juta. Selama pandemi mendera, AP I hanya mampu melayani sebanyak 32,7 juta penumpang per tahun. Bahkan turun lagi pada 2021 sebanyak 28,5 juta.
Hingga Agustus 2022, AP I sudah berhasil mencapai angka 32 juta. Capaian angka tersebut melewati angka dua tahun terakhir selama pandemi dalam periode satu tahun.
Sejak periode Juli 2022 ke Agustus 2022, paparnya, AP I sudah mengalami break even. Kondisi ini merupakan hal baik setelah selama pandemi lalu merugi hingga Rp200 miliar sampai Rp300 miliar per bulan.
Baca Juga
“Alhamdulillah mulai Juli ini sudah mulai break even. Belum untung bersama, tapi operasi sudah bisa kami cover dengan pendapatan penumpang saat ini,” ujarnya dalam rapat Komisi V DPR/RI, Selasa (13/9/2022).
Dampak pandemi secara signifikan mempengaruhi pergerakan penumpang dan pendapatan AP I. Sebelum pandemi, pendapatan AP I terus meningkat dari 2015 tetapi karena karena pandemi pendapatan perseroan tergerus selama pandemi dan sedikit membaik pada 2022.
Faik memproyeksikan dengan adanya perhelatan internasional MotoGP dan G20 pada akhir tahun ini di Bali menjadi peluang bagi AP I untuk pulih lebih cepat. Agenda internasional tersebut memang diselenggarakan di Bali tetapi akan berdampak ke bandara lainnya.
Diperkirakan, kata dia, ada 20 kepala negara hadir dan 10 kepala negara yang merupakan undangan khusus melalui bandara yang dikelola oleh AP I. Secara total aka nada sebanyak 39 pesawat kepresidenan yang tidak semua parkir di Bali tetapi akan dibagi ke bandara lain di sekitar Bali.
Belum lagi, AP I saat ini telah masuk ke holding BUMN aviasi dan pariwisata bersama dengan 5 BUMN lainya menjadikan peluang mendorong pergerakan penerbangan melalui kegiatan pariwisata yang diintegrasikan dengan BUMN holding. Guna mengoptimalkan peluang kebangkitan industri penerbangan tersebut, dia menilai perlu dibarengi dengan upaya relaksasi kebijakan penerbangan.
“Kami proyeksikan sampai akhir tahun akan tercapai 50 juta penumpang setahun,” imbuhnya.
Di sisi lain, Faik juga tak menampik dalam upaya mengatasi dampak pandemi dan melihat situasi global, menciptakan peluang dan tantangan. Kondisi pergerakan penumpang dan penerbangan masih dinamis dan belum pulih sepenuhnya.
Tingginya permintaan penerbangan masih terhalang oleh persoalan jumlah pesawat yang terbatas ini menjadi persoalan. Kemudian juga kenaikan harga avtur secara global memerlukan mitigasi resiko.
“Kami sempat ajukan Penerimaan Modal Negara atau PMN bisa cover seluruh capex yang kami keluarkan cukup besar dan juga penugasan AP I dalam penyiapan G20 dan MotoGP. Kami memang mengajukan PMN tetapi sampai saat ini belum terealisasi dan situasi global berpengaruh kepada kita. Termasuk persoalan ketersediaan maskapai juga,” terangnya.