Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan tekanan terhadap rupiah akibat pengetatan kebijakan moneter the Fed memang tidak dapat dihindari.
Namun demikian, imbuhnya, kondisi fundamental perekonomian Indonesia saat ini masih cukup kuat. Nilai tukar rupiah yang mencatatkan depresiasi sekitar 4,5 persen menurutnya relatif lebih baik dibandingkan dengan banyak negara lain.
Hal ini terutama didukung oleh sisi eksternal Indonesia yang kuat, tercermin dari neraca pembayaran yang tercatat cukup baik. Neraca perdagangan pun mencatatkan surplus selama 27 bulan beruntun.
Di samping itu, posisi cadangan devisa Indonesia pun masih tercatat tinggi. yaitu sebesar US$132,2 miliar pada Agustus 2022.
“Di satu sisi, Indonesia bisa melihat dolar menguat karena kebijakan the Fed tidak bisa dihindari. Tapi kita bisa meningkatkan ketahanan kita, yang tidak rentan seperti ketika kita mengalami taper tantrum pada 2013 karena transaksi berjalan yang kuat,” katanya dalam webinar Recovery and Resilience: Spotlight on Asean Business, Senin (12/9/2022).
Sri Mulyani mengatakan faktor lain yang juga mendukung rupiah yaitu aliran investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang meningkat, termasuk permintaan untuk obligasi pemerintah.
Baca Juga
Dalam mendorong FDI, imbuhnya, pemerintah telah melakukan reformasi struktural secara mendalam, dengan meningkatkan kemudahan berusaha, yaitu melalui UU Cipta Kerja.
Pada tahun depan pun, pemerintah akan menekan defisit APBN ke tingkat 2,85 persen, kembali di bawah 3 persen.
“Ini adalah konsolidasi anggaran yang sangat cepat dan kuat, kredibel hanya dalam waktu tiga tahun, dan itu memberikan landasan yang sangat kuat bagi makro ekonomi Indonesia,” tuturnya.